Jumat 22 Apr 2016 12:02 WIB

Lembaga Riset: Menteri Susi Paling Banyak Dikutip Media

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memberikan keterangan kepada wartawan terkait proyek reklamasi Teluk Jakarta di Jakarta, Jumat (15/5).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memberikan keterangan kepada wartawan terkait proyek reklamasi Teluk Jakarta di Jakarta, Jumat (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga riset Indonesia Indicator menyatakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti merupakan figur perempuan yang paling banyak dikutip sehingga dapat disebut sebagai perempuan pembentuk pendapat paling berpengaruh saat ini.

Rilis riset Indonesia Indicator di Jakarta, Jumat (22/4), menyebutkan jumlah pernyataan Menteri Susi merupakan yang terbanyak dikutip oleh media, di mana pernyataanya tercatat dikutip hingga sekitar 34 ribu kali oleh ratusan media dalam jangka waktu setahun terakhir.

Sedangkan figur perempuan lainnya yang juga banyak dikutip media setelah Menteri Susi antara lain adalah Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyatakan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti selama ini sudah bagus tetapi juga harus dapat memberdayakan industri perikanan secara lebih intensif, dari hulu hingga ke hilir.

"Kebijakan Ibu Susi sudah tepat, utamanya di hulu industri perikanan kita. Tapi di hilirnya, misalnya, di olahannya kita belum lihat ada geliat yang cukup berarti," ujar Wakil Ketua Umum dan Kordinator Kadin Kawasan Timur Indonesia (KTI) Andi Rukman Karumpa, Rabu (20/4).

Menurut Andi, di Jakarta, kebijakan Menteri Susi merupakan respons atas tingginya angka pencurian ikan dan dominannya penguasaan asing atas industri perikanan di masa lalu, yang mengakibatkan negara merugi triliunan rupiah per tahun.

Menteri Susi kemudian memberantas pencurian ikan, mencabut izin bongkar muat ikan di tengah laut (transshipment), melarang penggunaan alat tangkap merusak, dan menjaga keberlanjutan sumber daya ikan dengan memilah dan memilih komoditas ikan yang boleh diperdagangkan.

Namun, ujar dia, saat pencurian ikan berkurang dan produksi melambat, tetapi pada kenyataanya di darat pada saat ini banyak nelayan yang menganggur. Untuk itu, ia menginginkan kebijakan Menteri Susi diikuti oleh industrilisasi perikanan secara intensif, sistematis, dan integratif.

 

Baca: Kesenjangan di Indonesia Terburuk se-Asia Setelah Cina

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement