Kamis 21 Apr 2016 00:45 WIB

Smartcard Solusi Pembayaran Transportasi Massal

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Karta Raharja Ucu
 Petugas melakukan pengecekan pada bus Transjakarta baru saat peluncuran di Jakarta, Senin (18/4). (Republika / Yasin Habibi )
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petugas melakukan pengecekan pada bus Transjakarta baru saat peluncuran di Jakarta, Senin (18/4). (Republika / Yasin Habibi )

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, menilai, dalam pelaksanaan integrasi antarmoda transportasi setidaknya harus memperhatikan tiga aspek. Salah satunya adalah aspek integrasi pembayaran.

Diharapkan dengan adanya integrasi pembayaran antarmoda transportasi tersebut, akan tercipta model jaringan pelayanan yang efektif dan efisien. ''Bisa dengan menggunakan smartcard yang memungkinkan suatu jaringan pelayanan yang efektif dan efisien. Integrasi pembayaran ini harus dimulai. Cukup satu kartu pembayaran, bisa untuk semua moda transportasi umum,'' ujar Djoko dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (20/4).

Djoko berharap, dengan integrasi pembayaran ini dapat dimungkinkan adanya penyesuaian tarif. Sehingga secara keseluruhan, tarif tiket tranportasi di Jabodetabek dapat ditekan.

Ia mencontohkan biaya tranportasi umum di Paris. Di Ibu Kota Prancis itu, harga transportasi umum sebesar 108 euro atau sekitar Rp 1,6 juta per bulan.

Jika dibandingkan dengan penghasilan terendah warga Paris, yang mencapai 1.600 Euro atau sekitar Rp 24 juta, maka warga Paris, cukup mengeluarkan tiga persen dari penghasilan bulanan mereka. ''Di Jabodetabek, presentasi itu masih berada di kisaran 30 persen, masih tinggi. Idealnya tidak lebih dari 10 persen,'' ujar Wakil Ketua Bidang Advokasi dan Riset MTI ini.

Sebelumnya, Transjakarta memang telah melakukan integrasi atau keterpaduan dengan kereta Commuter Line. Namun, keterpaduan ini baru berjalan di empat stasiun, yaitu Palmerah, Pesing, Tebet, dan Cawang. Selain integrasi pembayaran, Djoko juga menyebutkan, ada sejumlah aspek lain yang mesti diperhatikan, yaitu aspek integrasi fisik dan integrasi pelayanan.

Integrasi fisik, ujar Djoko, berupa prasarana perpindahan moda transportasi, termasuk sistem informasi. Dengan sistem informasi yang memadai, penumpang dapat dengan mudah berpindah moda transportasi.

Sementara untuk integrasi pelayanan dan operasional, Djoko menilai, harus ada kesesuaian jadwal kedatangan dan keberangkatan angkutan umum yang terinformasi dengan baik. ''Kemudian kemungkinan untuk mengurangi waktu tunggu penumpang pada saat berpindah intra dan atau antar moda transportasi,'' ujar Djoko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement