REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Banyuwangi berkomitmen menjadikan area persawahan di bagian barat kabupaten tersebut sebagai sentra pertanian padi organik. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan peluang pasar untuk pertanian organik sangat terbuka lebar.
Secara nilai, juga lebih bagus karena harganya lebih mahal. Dia mengatakan saat ini kelas menengah di berbagai kota terus tumbuh dan kesadaran mereka untuk mengonsumsi produk organik semakin tinggi. "Ini peluang besar. Kami terus terus mendorong pengembangan padi organik di Banyuwangi. Kami lakukan sejumlah fasilitasi,” ujar Anas saat panen padi organik di Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, Selasa (19/4).
Di Banyuwangi, luasan persawahan padi organik saat ini mencapai 80 hektar yang teletak di sejumlah kecamatan, seperti Kalibaru, Glenmore, Genteng, Sempu, Singojuruh, Songgon, Kabat, dan Licin. Telah dikembangkan plasma nutfah 20 jenis padi organik lokal yang terdiri atas 16 jenis beras merah dan 4 jenis beras merah.
”Jenis padi lokal tersebut disilangkan. Diberi sebutan dengan nama-nama lokal, seperti beras merah Kaliweni, Kalisicaluk, Kalibaru, Supermanggis, lalu ada beras hitam Watudodol dan Watukebo,” ujar Anas.
Kepada sejumlah kelompok tani yang mengembangkan beras organik, Pemkab Banyuwangi telah mengucurkan bantuan. Mulai dari chopper untuk pembuatan pupuk organik sebanyak enam unit, rice transplanter (alat tanam padi) dua unit, combine harvester satu uni, hand tractorlima unit, pompa air dua unit, paddy power(mesin perontok) sepuluh unit, dan power trasher sepuluh unit.
Menurutnya, Pemkab Banyuwangi telah memberikan sarana dan prasana tekonlogi pertanian, termasuk pemberian pupuk dan pemberantas hama organik serta bantuan alat pencacah pupuk organik (APPO)dan membuka sekolah lapang bagi para petani. ”Dari sisi infrastruktur, kami fasilitasi saluran irigasinya,” kata Anas.