Selasa 19 Apr 2016 17:07 WIB

'Manusia Perahu' Berharap Dapat Rumah Dekat Laut

Rep: Lintar Satria/ Red: Ilham
 Aktifitas warga korban penggusuran Pasar Ikan bertahan di atas perahu, Jakarta, Rabu (13/4). (Republika/Raisan Al Farisi)
Aktifitas warga korban penggusuran Pasar Ikan bertahan di atas perahu, Jakarta, Rabu (13/4). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yase (70 tahun) tidak tahu sampai kapan ia harus tinggal di perahu. Yang pasti, dia sudah menyerahkan seluruh hidupnya untuk menjadi seorang nelayan.

Ia menolak untuk tinggal terlalu jauh dari laut. Walaupun ia tidak mendapat tempat di rumah susun yang disediakan pemerintah di Rawa Bebek dan Merunda. Selain itu, ongkos dari rusun ke laut terlalu mahal karena terlalu jauh.

"Orang laut enggak bisa tinggal di daratan," jawabnya, Selasa (19/4).

Istrinya, Makiah (54 tahun) pun mengatakan hal yang sama. Sebagai istri nelayan ia tahu suaminya tidak bisa hidup jauh dari laut. Sejak rumah mereka di Pasar Ikan, Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara dibongkar, Makiah tinggal bersama saudaranya di salah satu rumah yang belum dibongkar. Sedangkan Yase tinggal di perahu.

Anak pertamanya tinggal di Bandung, Jawa Barat, bekerja sebagai buruh bangunan. Ia punya dua orang cucu yang saat ini sudah tidak bersekolah selama satu minggu. Keduanya tinggal di Tanggerang, Banten. "Yang satu SMA, satu lagi SD," katanya.

Makiah sangat sedih karena dua cucunya belum dapat bersekolah. Untuk pindah sekolah ke Tanggerang perlu biaya. Makiah mengatakan tidak tahu harus pergi ke mana. Ia hanya berharap mendapatkan rumah di dekat laut.

"Nggak apa-apa kalau dibongkar, tapi kasih rumah dekat laut," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement