REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --- Provinsi Jawa Timur berencana menggandeng Inggris dalam merancang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di beberapa daerah di Jawa Timur. Rencana tersebut akan ditindaklanjuti dalam kunjungan pejabat Provinsi Jatim memenuhi undangan British Chamber ke Inggris.
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Jatim, Hadi Prasetyo, mengatakan, kunjungan ke Inggris tersebut juga untuk mendampingi Presiden Joko Widodo yang melakukan kunjungan ke empat negara di Eropa. Termasuk Inggris.
Menurut dia, British Chamber mengundang rombongan delegasi perdagangan, delegasi kerja sama dan investasi. Untuk misi investasi dan perdagangan, akan dipimpin bersama Kepala Badan Penanaman Modal (BPM) Jawa Timur Lili Sholeh dan Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur Wahid Wahyudi. Selain itu, delegasi terdiri dari perwakilan Disperindag Jatim, Kadin Jatim dan beberapa bupati.
"Dalam kerja sama investasi itu pemerintah UK tanya apa yang bisa dibantu untuk Indonesia. Selama ini ada beberapa hal yang ingin kita kerja sama yang sekaligus kasih bantuan berupa British Aid. Mereka juga punya teknologi tinggi dan kemampuan perencanaan tata ruang," kata Hadi di Surabaya akhir pekan ini.
Ia menjelaskan, dalam kunjungan tersebut delegasi Pemprov Jatim akan mengunjungi seorang konsultan di Inggris yakni Mc Donald Douglas. Dalam pertemuan tersebut, ia akan memaparkan beberapa ide.
Pertama, terkait pembangunan kota berkonsep smart cities. Jawa Timur mengusulkan dua kota yakni Kota Malang dan Kepanjen di Kabupaten Malang. Hal itu juga terkait dengan pembangunan bandara di Purboyo, Malang. "Sudah jadi kebutuhan ke depan, yakni kehidupan yang nyaman kita tawarkan kota sedang, kota Malang dan kota kecilnya, Kepanjen. Lumayan kalau dapat bantuan IT," ucap Hadi.
Hadi menambahkan, ide kedua yakni, pengembangan wilayah pantai utara Jawa Timur khususnya di Lamongan, dengan nama North Coast Development Program Lamongan. Dia memprediksi pada suatu saat bandara Juanda di Sidoarjo sudah tidak mampu lagi melayani masyarakat dari tiga kota yakni Surabaya, Sidoarjo dan Gresik sebagai kota megapolitan. Sehingga ada wacana untuk memindahkan bandara ke Lamongan.
"Jadi kita minta bantuan perencanaan termasuk pengembangan wilayah bandara, tata ruang, industrinya, termasuk daerah situ kita jadikan pusat logistik. Sehingga hasilnya dipercaya investor-investor dunia. Makanya saya ajak pak Bupati Lamongan," ungkap Hadi.
Ide terakhir, Pemprov Jatim ingin Inggris membantuk perencanaan wilayah di Sidoarjo. Salah satunya, Angkasa Pura yang ingin membangun terminal baru berkonsep airport city seluas 4.500 hektare sehingga harus menyesuaikan tata ruang. Pembangunan tersebut akan berdampak pada pantai timur Sidoarjo dan terhadap kota Sidoarjo sehingga harus diatur konsepnya.