Sabtu 16 Apr 2016 20:41 WIB

Kapal Indonesia Dibajak Lagi, DPR: Harus Ada Patroli Bersama

Rep: Lintar Satria/ Red: Bayu Hermawan
Anggota Komisi satu DPR dari Partai Persatuan Pembangunan, Syaifullah Tamliha
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Anggota Komisi satu DPR dari Partai Persatuan Pembangunan, Syaifullah Tamliha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapal Indonesia kembali dibajak. Dua kapal berbendera Indonesia, yaitu Kapal Tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi, dibajak di perairan perbatasan Malaysia - Filipina. Kapal tersebut dalam perjalanan kembali dari Cebu, Filipina, menuju Tarakan.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi I Syaifullah Tamliha mengatakan untuk mengantisipasi pembajakan kapal-kapal Indonesia oleh teroris internasional harus ada patroli bersama negara-negara ASEAN. Karena tidak mungkin satu negara terus-menerus mengawal kapal dagang.

"Bukan berarti Indonesia tidak sanggup, tapi untuk menghindari kesalafahaman dengan negara ASEAN lainnya," katanya Sabtu (16/4).

Syaifullah menambahkan negara-negara ASEAN harus melakukan kerjasama untuk melakukan pencegahan terorisme dan separatisme bersama. Patroli bersama, lanjut Syaifullah, akan mencegah rencana Tiongkok di perairan Cina Selatan yang mulai merambah ke perairan Indonesia seperti Natuna.

Syiafullah menjelaskan patroli bersama dilakukan secara bergiliran. "Karena kapal kan ngga bisa terus-menerus di lautkan," ujarnya.

Terkait 10 Anak Buah Kapal (ABK) Indonesia yang masih disandera Abu Sayyaf ia mengatakan semua upaya diplomasi dan politik sudah dilakukan. Tapi Abu Sayyaf belum mau menyerahkan tawanannya. Menurutnya Filipina dapat membuka ruang untuk TNI masuk dan membantu menangkap Abu Sayyaf. Karena medan tempur mirip dengan Indonesia.

"Wilayah yang dikuasai mirip di Kalimantan, gitu-gitulah,"katanya.

Tentu, tambahnya, TNI lebih berpengalaman dalam medan tempur seperti itu. Ia juga menambahkan harus ada kerjasama militer negara-negara ASEAN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement