REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi penyanderaan terhadap warga negara Indonesia (WNI) kembali terjadi di perairan perbatasan antara Malaysia dan Filipina. Seperti sebelumnya, penyanderaan ini diduga dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf.
Menanggapi hal tersebut, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengaku pihaknya telah siap melaksanakan operasi pembebasan. Menurutnya kapan operasi tersebut dilakukan, hal itu tergantung koordinasi dengan pemerintah Filipina.
"Saya sudah siapkan pasukan di darat, laut dan udara untuk mengambil tindakan tegas. Saya ulangi TNI Sudah menyiapkan pasukan untuk melaksanakan tindakan tegas baik di laut, darat dan hutan kita siap. Kapan pelaksanaan adalah bagaimana koordinasi dengan pemerintah Filipina," tegasnya di Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu (16/4).
Jenderal bintang empat ini menyebutkan, selain itu pihaknya akan melaksanakan koordinasi dengan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina dan Malaysia untuk bersama-sama melakukan patroli bersama terkoordinasi.
"Patroli bersama terkoordinasi itu maksudnya, kami mengawal sampai batas perbatasan terluar Zona Ekonomi Esklusif (ZEE), setelah itu di wilayah Filipina ya Filipina dan di wilayah Malaysia ya wewenang Malaysia," ujarnya.
Namun apabila terjadi sesuatu di wilayah negara Malaysia ataupun Filipina, kata Gatot, maka siapapun militer yang mampu hadir dengan cepat diperbolehkan melakukan penanganan.
"Ini langkah-langkah yang segera dilakukan. Itulah perjanjian yang kita buat nantinya, salah satu klausulnya seperti itu (bisa masuk ke wilayah negara tempat terjadinya gangguan)," jelas mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, aksi penyaderaan terhadap WNI kembali terjadi di perairan Filipina yang dekat dengan perbatasan Malaysia pada Jumat (15/4) kemarin. Berdasarkan informasi empat orang WNI disandera oleh kelompok yang diduga Abu Sayaf.