REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Sekretaris Daerah Kabupaten Bandung Barat (KBB) Maman S Sunjaya menuturkan, sebetulnya banyak produk di KBB yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi sebuah industri. Misalnya, wajit yang khas bikinan dari Kecamatan Cililin.
"Kita punya wajit, ini potensial, tapi belum bisa dibawa ke industri," tutur dia, Selasa (12/4).
Menurut Maman, produk wajit dari Cililin sudah dikenal khalayak masyarakat. Bahkan, wajit di Kota Bandung pun dipasok dari kecamatan itu. Namun, diakui dia, pelaku usaha wajit kerap kesulitan memenuhi permintaan dari Kota Bandung. Sebab, pembuatannya masih secara manual.
Karena itu, kata Maman, memang perlu ada mesin yang memudahkan pembuatan produk kuliner wajit. Jika terus dibuat secara manual, tentu produk apapun akan sulit memproduksi orderan dalam jumlah yang banyak. "Bikinnya kan lama kalau manual, susah kalau dapat orderan banyak," ujar dia.
Maman pun mengakui, persoalan mendasar pada pengembangan suatu produk, memang terletak pada peralihan dari usaha kecil menjadi sebuah industri. "Memang ini perlu mendapat sentuhan pemda. KBB harus memiliki ciri khas. Jadi ketika ke KBB, orang tuh tahu apa yang perlu dibawa," tutur dia.
Selain wajit, produk-produk kreatif yang lain, baik itu di kuliner ataupun kerajinan, pun harus dibikin. Kalau sudah ada, kata Maman, harus segera dipatenkan agar produk itu menjadi ciri khas dari KBB dan tidak diambil pihak lain. "Jangan sampai seperti tempe yang sudah sering kita konsumsi, tapi hak patennya kan itu Jepang," tutur dia.
Saat ini, KBB sudah memiliki produk-produk yang khas dari KBB, seperti batu akik oncom, dan motif batik yang memiliki ciri khas KBB lewat penggambaran potensi yang ada di KBB.