Rekonstruksi kediaman Bung Karno itu tanpa harus membongkar Monumen Proklamator Sukarno-Hatta, tempat Bung Karno berdiri membacakan teks proklamasi. Tempat ini ditandai dengan Tugu Petir di atas tiang setinggi 17 meter.
Tugu ini berbentuk linggis dengan lambang petir di puncaknya yang melambangkan gerak pembangunan. Petirnya melambangkan geleger proklamasi ke seluruh pelosok tanah air dan dunia.
Dibongkarnya rumah Bung Karno pada 1961 sudah merupakan kenyataan yang tidak bisa diubah. Sekali suatu bangunan bersejarah dihancurkan, maka hilang untuk selamanya.
Situs sejarah yang otentik sebagai media untuk mengenang kembali peristiwa masa lampau yang begitu bermakna itu kini tidak ada lagi, dan kini tinggal kenangan. Hingga generasi sesudah medio 1950-an tidak pernah lagi melihat rumah itu, termasuk Tugu Proklamasi yang aslinya, yang dibangun pada 1946.