Ahad 10 Apr 2016 15:00 WIB

Muktamar PPP, JK: Masa Partai Persatuan Mau Pecah Terus

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bayu Hermawan
Ketua umum PPP terpilih Romahurmuziy (tengah) berfoto bersama panitia Muktamar PPP VIII di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Sabtu (9/4). Romahurmuziy (Romy) terpilih sebagai ketua umum PPP dalam Muktamar PPP ke-VIII periode 2016-2021 melalui musyaw
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua umum PPP terpilih Romahurmuziy (tengah) berfoto bersama panitia Muktamar PPP VIII di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Sabtu (9/4). Romahurmuziy (Romy) terpilih sebagai ketua umum PPP dalam Muktamar PPP ke-VIII periode 2016-2021 melalui musyaw

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) berharap agar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak lagi terpecah usai digelarnya Muktamar VIII. Wapres JK meminta agar tidak ada lagi Muktamar tandingan setelah ini.

Ia pun menyebut, pertikaian yang terjadi di dalam partai berlambang kakbah ini juga mirip dengan kondisi di partainya, yakni Partai Golkar.

"Kita sampaikan puji syukur karena bisa menghadiri Muktamar PPP VIII, setidak-tidaknya VIII C‎. Karena ada A, B, dan C. Tapi itu sama partai saya juga ada A, B, C. Mudah-mudahan tidak ada D, ini terakhir," kata JK saat menghadiri penutupan Muktamar PPP VIII di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Ahad (10/4).

Lebih lanjut, JK mengatakan pertikaian di internal partai dapat diselesaikan dengan musyawarah dan kearifan. Ia pun berharap agar masalah-masalah yang masih terjadi dapat segera terselesaikan. JK tak ingin PPP yang seharusnya merupakan Partai Persatuan, justru menjadi Partai Perpecahan.

"Saya pikir semuanya apabila kita musyawarah dengan bijaksana dan arif, pasti semua masalah-masalah dapat kita selesaikan. Apalagi namanya partai persatuan, masak mau pecah. Bukan Partai Perpecahan Indonesia itu kan," katanya.

Selain itu, dalam kesempatan ini, JK juga meminta agar tokoh pemimpin yang lain segera menentukan sikap. Sebab, pertikaian justru hanya akan menguras energi dan dana untuk menggelar berbagai muktamar. Lebih baik, kata dia, kemampuan yang ada dimanfaatkan untuk menghadapi tantangan bangsa.

"Janganlah menghabiskan energi kita untuk berdebat, bercerai, bersaing membuat alasan atau menghabiskan kemampuan dana kita untuk bermuktamar-muktamar tidak habis-habisnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement