REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program transmigrasi menjanjikan bagi masyarakat yang ingin memperbaiki penghasilan dan penghidupan, dengan mendapatkan fasilitas lahan produktif. Para transmigran berpeluang merubah nasibnya menjadi lebih baik di negara sendiri.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar mengatakan, selain membuka keterisolasian daerah-daerah terpencil, program transmigrasi selama ini telah berhasil membuka kawasan ekonomi baru. "Menggeliatnya pusat produksi di kawasan transmigrasi bahkan berkontribusi dalam peningkatan ekspor non migas terutama di bidang pertanian," katanya, Jumat, (8/4).
Program unggulan transmigrasi ada di perbatasan yang mayoritas berada kawasan hutan. Transmigrasi dapat membuka kawasan ekonomi baru misalnya Gorontalo dengan produk unggulan jagungnya.
Pembukaan lahan perkebunan seluas 391.559 Hektar di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang dilakukan melalui program transmigrasi memicu pertumbuhan dan berkembangnya pusat produksi baru berbasis pertanian. Yakni perkebunan kelapa sawit dan karet.
"Setiap wilayah yang akan kita jadikan sebagai sasaran transmigrasi, potensi wilayahnya sudah dipetakan terlebih dahulu. Untuk sawit dan karet mayoritas di Sumatera dan Kalimantan, produk-produknya sudah berhasil ekspor."
Pusat ekonomi baru tersebut, terang Marwan, berimplikasi pada terciptanya lapangan kerja baru, khususnya di sektor pertanian dan pendukung. Hingga saat ini, sebanyak 4.900.200 tenaga kerja permanen berhasil diserap di kawasan transmigrasi.
"Proses penyiapan kawasan transmigrasi juga menyerap ribuan tenaga kerja lainnya. Untuk pekerja yang dipekerjakan selama pelaksanaan pekerjaan penyiapan pemukiman transmigrasi, yang telah berhasil diserap berjumlah 4.607.577 tenaga kerja," kata dia.
Marwan berharap ke depan program transmigrasi juga bisa menjadi daya tarik bagi TKI. Suksesnya program transmigrasi di sejumlah wilayah tersebut setidaknya akan merubah cara pandang TKI agar kembali berkarir di negeri sendiri.