REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro menilai munculnya perempuan dalam komposisi pimpinan di DPR akan memberikan nuasa dan kesan tersendiri, baik dari perspektif demokrasi maupun keberadaan PKS sebagai partai yang lekat dengan julukan 'partai jubah'.
Ia menilai kehadiran Ledia Hanifa Amaliah dalam kursi pimpinan DPR bisa memberi angin segar bagi perjuangan gender di Indonesia. Apalagi di tengah minimnya jumlah perempuan yang jadi pimpinan di kursi legislatif.
"Dia diharapkan mampu memberikan sentuhan kepemimpinan (leadership) khas dengan berkarakter atau fitrah perempuan di DPR yang mungkin absen selama ini," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (6/3).
Menurutnya, kehadiran Ledia juga menjadi pertanda adanya perubahan berpolitik dan perubahan pandangan yang terjadi di Indonesia. Hal ini harus direspons tangkas oleh partai partai khususnya PKS yang dalam banyak hal tengah berbenah diri memperbaiki pola kaderisasi dan rekrutmen kader.
Ia menambahkan, sejak diberlakukannya persyaratan 30% quota perempuan di politik, sejauh ini jumlahnya belum memenuhi. Apalagi yang duduk di posisi-posisi strategis masih sangat minim.
"Karena itu, bila PKS benar-benar merekrut Ledia, ini akan menjadi starting point yang prospektif bagi perempuan Indonesia untuk nenjadi pemimpin di DPR dan juga DPD RI," katanya.