Rabu 06 Apr 2016 17:47 WIB

Kurangnya Motivasi Diri Kelemahan Perempuan di Pedesaan

Rep: Neni R/ Red: Winda Destiana Putri
Anak remaja perempuan
Foto: corbis
Anak remaja perempuan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Perempuan di Pedesaan kurang motivasi diri dan ini merupakan salah satu kelemahan untuk kemajuan perempuan di pedesaan.

Hal itu merupakan hasil pengamatan dan data yang dtemukan oleh Kowani, kata Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo) di Yogyakarta usai Peresmian  Gedung Arimbi di Kompleks Mandala Bhakti Wanitatama Yogyakarta, baru-baru ini.

Karena itu Kowani  melakukan pembinaan pemberdayaan  perempuan diantaranya dengan meningkatkan motivasi perempuan bahwa perempuan bisa menghasilkan double income dan tidak hanya mengharapkan single income dari suami.

"Setelah perempuan di pedesaan mendapatkan pembinaan maka perempuan yang semula tidak mempunyai usaha menjadi memiliki usaha. Dari yang usaha kecil menjadi menengah, dari yang menengah menjadi mengglobal/mendunia. Di samping itu perempuan menjadi mempunyai ilmu lebih seperti bagaimana mencari dana permodalan dari Perbankan karena Kowani memfasilitasi dalam pembuatan proporsal," jelas Giwo.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, kalau perempuan di kota selangkah lebih maju daripada pria. Seperti halnya di  Manado, perempuan yang menempuh jenjang pendidikan sampai S3 (menjadi Doktpr) lebih banyak dibandingkan pria.

Di bidang usaha perempuan Indonesia secara keseluruhan juga selangkah lebih maju daripada pria. Karena sekitar 60 persen usaha kecil dan menengah pelakunya perempuan. Hal senada juga dikemukakan Ketua Yayasan Hari Ibu Kowani Sari Murti Widiyastuti. Menurut Sari Murti, di Yogyakarta  banyak binaan usaha kecil menengah yang pelakunya perempuan.

"Dengan adanya Dekranasda (Dewan Kerajinan Daerah) mendorng pelaku ekonomi perempuan untuk berkembang.

Sehingga perempuan bisa memutus mata rantai kemiskinan, kekerasan dan tidak melakukan kekerasan terhadap perempuan, karena mempunyai income sendiri. Bahkan dari income yang diperolehnya perempuan juga bisa memberikan kesempatan anaknya untuk pendidikan," ungkapnya.

Yang masih menjadi kendala bagi perempuan di Yogyakarta, kata Sari Murti, masih adanya perempuan yang menjadi  obyek para retenir dan para rentenir tersebut menjerat perempuan diantaranya dengan diberi

pinjaman untuk usaha, membeli motor dan lain-lain. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement