Rabu 06 Apr 2016 09:09 WIB

Gara-Gara Pakai Kursi Roda, Etihad Tolak Terbangkan Aktivis Difabel

Rep: Adysha Citra R/ Red: Andi Nur Aminah
Dwi Ariyani
Foto: Facebook
Dwi Ariyani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai Etihad Air menolak untuk menerbangkan aktivis difabel Dwi Ariyani ke Jenewa pada Senin (4/4) lalu. Penolakan ini berujung pada batalnya Dwi untuk memenuhi undangan dari International Disability Alliance untuk menghadiri Convention on the Right of Person with Disabilities di kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jenewa.

Pada awalnya, Dwi tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta sekitar pukul 20.00 WIB Sabtu (3/4) dari Solo. Suami dari Dwi, Yonnasfi Jambak, mengatakan, saat itu istrinya akan melanjutkan penerbangan ke Abu Dhabi dan Jenewa dengan menggunakan Etihad Airlines.

Pada pukul 22.00 WIB, Dwi melakukan check-in dan mengatakan kepada petugas bahwa ia membutuhkan kursi roda untuk naik pesawat. Petugas tersebut pun setuju dan Dwi mendapatkan tiketnya dengan nomor penerbangan EY 471 untuk tujuan Abu Dhabi nomor penerbangan EY 51 untuk tujuan Jenewa.

Kemudian, pada Ahad (4/4), pukul 00.20 WIB, Dwi diminta untuk naik ke pesawat dan dibantu dengan petugas darat bandara. Tanpa hambatan, Dwi masuk ke dalam pesawat dan mendapatkan kursi yang nyaman.

 

"Tetapi, setelah beberapa menit, seorang kru datang mendekat dan bertanya apakah istri saya dapat mengevakuasi dirinya sendiri jika sesuatu yang buruk terjadi saat penerbangan," terang Yonnasfi melalui akun Facebook pribadinya, Yonnasfi Jambak.

Dwi, lanjut Yonnasfi, menjawab kepada kru tersebut bahwa ia tentu membutuhkan bantuan untuk evakuasi. Setelah mendapat jawaban, kru tersebut pergi meninggalkan Dwi. Tak lama kemudian, kru tersebut kembali bersama seorang petugas operasi bandara, Abrar, dan bertanya apakah Dwi dapat berjalan.

Yonnasfi mengatakan, kala itu Dwi menjawab bahwa ia dapat berdiri dan dapat berjalan perlahan dengan memegang sesuatu seperti tongkat. Abrar kemudian mengatakan kepada Dwi bahwa, menurut para kru kabin, ia tak dapat ikut terbang ke Abu Dhabi dan Jenewa. Pasalnya, Dwi kala itu tidak didampingi oleh asisten atau pendamping sehingga dinilai tidak dapat mengevakuasi diri sendiri jika terjadi sesuatu selama penerbangan.

Dwi kemudian berbicara kepada kepala kru kabin dan mengatakan bahwa ia memiliki banyak pengalaman terkait penerbangan internasional. Ia pun pernah pergi ke Amerika dan tidak mendapat pertanyaan seperti yang ia dapatkan saat menaiki Etihad Airlines. 

Meski begitu, para kru tetap menolak mengikutsertakan Dwi dalam penerbangan. "Mereka meminta istri saya untuk turun dari pesawat," jelas Yonnasfi.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement