Selasa 05 Apr 2016 21:23 WIB

Batang Rekayasa Perilaku Warga untuk Mengatasi Sampah

Rep: Lintar Satria/ Red: Bayu Hermawan
 Bupati Batang, Yoyok Riyo Sudibyo memberikan sambutan pada pembukaan Festival Anggaran Kabupaten Batang 2016, di kompleks Pendopo Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Ahad (13/3). (Republika/Bowo Pribadi)
Bupati Batang, Yoyok Riyo Sudibyo memberikan sambutan pada pembukaan Festival Anggaran Kabupaten Batang 2016, di kompleks Pendopo Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Ahad (13/3). (Republika/Bowo Pribadi)

REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Sampah telah menjadi problem krusial di berbagai daerah di Indonesia. Jakarta pernah mengalami krisis sampah akibat perseteruan soal Bantargebang. Keindahan kota kembang Bandung pun pernah ternoda tumpukan sampah akibat rusaknya mesin alat berat di tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat.

Sejumlah kota tergantung dengan TPA di wilayah satelitnya, seperti Jakarta dan Bandung. Kota dan kabupaten pun masih berkutat pada solusi lama dengan memperluas atau mencari lahan TPA. Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo menyadari keterbatasan keuangan pemerintah daerah jika terus-menerus menambah TPA.

"Anggaran kita tidak akan pernah cukup dan masih banyak agenda lain yang tak kalah penting," ujarnya ketika berdiskusi dengan penggerak bank sampah Wilda Yanti di Batang dalam siaran pers yang Republika.co.id terima, Selasa (5/4).

Yoyok  mengatakan inti persoalan sampah adalah persoalan perilaku manusia. Karena itu ada inisiatif warga untuk mengubah perilaku terhadap sampah.

"Di Kabupaten Batang sendiri sudah ada Pak Lutfi Fuad, penggerak bank sampah yang sudah pernah memberi pelatihan dan inspirasi dari Batang ke berbagai tempat di Indonesia," katanya.

Pemerintah Kabupaten Batang juga akan segera melakukan kajian terkait regulasi bank sampah ini. Yoyok mengatakan ada berbagai opsi yang mungkin dilakukan, seperti memaksimalkan fungsi bank sampah di tingkat kecamatan, kelurahan, dan kemudian ke tingkat RT/RW.

Mungkin juga, tambahnya setiap siswa di sekolah akan diwajibkan untuk memilah sampahnya di sekolah setiap hari atau membawa sampah dari rumah satu sampai dua kali seminggu.

Penggerak Bank Sampah Kabupaten Batang Wilda menganggap langkah Bupati Batang menginisiasi gerakan memilah sampah sangat perlu diapresiasi.

Tokoh pegiat social entepreneur ini menilai gerakan Batang Memilah Sampah adalah awal yang baik untuk penyelesaian permasalahan persampahan di Kabupaten Batang dengan paradigma yang tepat. Wilda optimistis program ini akan berhasil jika didukung penuh oleh jajaran terkait.

"Pak Yoyok sudah sangat mendukung gerakan ini. Saya yakin pejabat Pemkab Batang juga menginginkan keberhasilan program ini. Mereka tidak akan tinggal diam ketika antusiasme masyarakat sudah sangat besar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement