Selasa 05 Apr 2016 17:55 WIB

Masuk Daftar 'Panama Papers', Ini Penjelasan Ichsanuddin Noorsy

Rep: Amri Amrullah/ Red: Indira Rezkisari
Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy
Foto: Antara
Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terungkapnya dokumen 'Panama Papers' yang menguak daftar nama penghindar pajak dari berbagai negara, cukup menghebohkan banyak pihak. Dari puluhan ribu daftar nama di surga penghindar pajak, terdapat 2.961 daftar nama yang muncul dari Indonesia, baik nama orang atau perusahaan.

Salah satunya adalah nama Ichsanuddin Noorsy, yang selama ini dikenal sangat lantang menyuarakan perlawanan terhadap pola-pola kekuatan ekonomi liberal di Indonesia. Melalui saluran telpon kepada Republika.co.id, Ichsanuddin kemudian menjelaskan bagaimana namanya bisa muncul di daftar penghindar pajak 'Panama Papers' tersebut.

Ia menjelaskan keterlibatakannya dalam tax haven (suaka pajak) di Panama bukan berarti ia terlibat dalam penghindaran membayar pajak. "Nama saya memang ada di sana, tapi ikutnya saya karena dalam rangka beberapa proyek investigasi. Diantaranya terkait menyelidiki kaburnya aliran dana BLBI pada saat itu," kata dia, Selasa (5/3).

Ini terjadi berdasarkan pengalaman dia bermain investigasi ekonomi internasional, dan mau tidak mau  mengharuskan ia terlibat di dalam negara-negara tax heaven tersebut. Ichsanuddin mengklaim tidak ada satu pun sekelas pengamat ekonomi internasional di Indoensia, bukan pengusaha, bisa masuk menyelidiki dengan cara berkelas seperti dirinya.

Keterlibatan dia masuk di negara-negara tax haven berdasarkan pengalaman akademik untuk menguak sesuatu. "Saya tidak perlu melakukan pembelaan, buat apa saya melakukan pembelaan. tidak ada gunanya," ujarnya.

Sebelumnya, tim jurnalis Panama Papers membongkar sejumlah nama pejabat yang menjadi aktor tindak pidana pencucian uang skala internasional. Ada beberapa nama pengusaha asal Indonesia yang masuk dalam daftar Panama Papers ini, termasuk pengamat  Internasional Ichsanuddin Noorsy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement