REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melakukan pemecatan terhadap Fahri Hamzah. Hal ini secara resmi diumumkan dalam Surat keputusan Nomor 463/SKEP/DPP-PKS/1437 tertanggal 1 April lalu.

Pemecatan atas pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI didasari sejumlah alasan, di antaranya terkait dengan kedisiplinan dan kesantunan yang dirinya miliki. Selama ini, Fahri dinilai kerap memberi pendapat yang kontroversial dan terbuka kepada publik.

Pengamat politik dari Universitas Padjajaran (Unpad), Muradi mengatakan, budaya politik yang dimiliki oleh Fahri jauh berbeda dengan yang selama ini dicitrakan oleh PKS. Sebagai partai yang terkenal dengan politikus partai Islam yang menjunjung sopan santun dan tidak agresif dalam menjalankan strategi politik.

"Berbeda dengan Fahri yang bisa dilihat sikapnya jauh dari figur yang selama ini PKS ciptakan. Sangat baik jika ia menjadi politikus di partai lain yang lebih sesuai dengan karakter dirinya," ujar Muradi kepada Republika.co.id Senin (4/4).

Menurut Muradi, ada dua partai politik di Tanah Air yang lebih sesuai dengan karakter Fahri. Pertama adalah Partai Golongan Karya (Golkar) dan Gerindra. Ia meyakini, dalam dua partai tersebut, karir Fahri sebagai politikus bisa jauh lebih cemerlang.

"Kalau kita contohkan seperti Ruhut Sitompul yang dulu di Golkar tidak begitu terlihat, tapi saat di Demokrat lebih eksis. Nah, demikian dengan Fahri yang saya lihat sangat cocok karakter dan kultur politiknya dengan Gerindra atau Golkar," jelas Muradi.

Baca juga, Ini Pernyataan KAMMI Pusat atas Pemecatan Fahri Hamzah.

Ikuti Whatsapp Channel Republika