Ahad 03 Apr 2016 01:08 WIB

Ponpes Haramain Lombok Rehabilitasi 300 Hektare Hutan

Aktivitas sejumlah santri di Pondok Pesantren Puteri Nurul Haramain, Nusa Tenggara Barat, Kamis (11/2).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Aktivitas sejumlah santri di Pondok Pesantren Puteri Nurul Haramain, Nusa Tenggara Barat, Kamis (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Lombok Barat -- Santri dan santriwati Pondok Pesantren Nurul Haramain Desa Lembuak, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, menargetkan rehabilitasi seluas 300 hektare hutan di Desa Sesaot yang rusak akibat perambahan liar.

"Ada sekitar 14 ribu hektare hutan Sesaot yang rusak, tapi saya janji saya Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup akan merehabilitasi seluas 300 hektare bersama anak didik saya dalam jangka waktu 15 tahun," kata pendiri dan pengasuk Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Haramain Tuan Guru Haji Hasanain Juanidi, di Lombok Barat, Sabtu (3/3).

Hal itu ditegaskan ketika menerima Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Haramain dalam rangka melantik relawan santri dan santriwati.

Hasanain mengatakan, dirinya tidak ingin melihat apa penyebab hutan Sesaot rusak karena yang terpenting adalah hutan yang rusak harus segera difulihkan fungsinya sebagai daerah resapan air hujan dan sumber mata air bagi kehidupan.

"Kalau tidak direhabilitasi, air akan hilang, pertanian dan perkebunan tidak bisa bangkit lagi, perikanan peternakan juga tidak bisa bangkit lagi kaena tidak didukung cadangan air yang cukup," ujarnya.

Menurutnya, persiapan untuk melakukan upaya rehabilitasi itu berat, namun itu tidak dijadikan sebagai kendala untuk melakukan upaya penghijauan kembali dalam jangka 15 tahun ke depan. Ponpes Nurul Haramain akan menyiapkan jenis bibit pohon endemik hutan Sesaot, secara mandiri. Bibit pohon tersebut nantinya akan ditanam oleh para santri dan santriwati secara bergiliran setiap minggu sambil melakukan kegiatan perkemahan.

"Saya sudah janji sama Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, kalau 300 hektare hutan rusak itu tidak hijau kembali dalam 15 tahun yang akan datang, borgol saya," ujar Hasanain.

Karena kepedulian terhadap pelestarian hutan melalui upaya penanaman pohon, Tuan Guru Haji Hasanain Juaini, menerima penghargaan Ramon Magsaysay 2011. Penyerahan penghargaan itu dilakukan di gedung Pusat Kebudayaan Filipina di Manila, pada 31 Agustus 2011.

Selain pelestarian lingkungan, Tuan Guru Haji Hasanain Juaini terpilih karena kepeduliannya terhadap masyarakat berbasis pendekatan pendidikan pesantren di Indonesia, kreatif mempromosikan nilai-nilai kesetaraan gender dan kerukunan beragama serta memberdayakan komunitas kaum muda.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement