REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Hanafi Rais mengatakan, ada dua cara menyelamatkan sepuluh sandera Warga Negara Indonesia (WNI) dari Abu Sayyaf. Pertama operasi militer dilakukan secara gabungan Indonesia dengan Filipina atau hanya militer Filipina sendiri.
"Namun operasi militer harus hati-hati, karena resikonya sangat besar," kata dia, Kamis (31/3).
Rais menuturkan, operasi militer dapat menjadi langkah cepat, namun beresiko. Sedangkan di sisi lain, tebusan yang diminta kelompok Abu Sayyaf dapat menjadi opsi kedua.
Namun tebusan tersebut adalah tanggung jawab pemilik kapal yang dibajak. Karena biasa kapal yang melaut mendaftarkannya dalam perusahaan asuransi.
"Asuransi menghitung untung ruginya. Kalau yang diminta lebih kecil dari aset yang ditawan, yaitu batubara, nilai kapal, ekonomi di masa mendatang. Tuntutan lebih kecil biasanya tebusan dipenuhi," kata dia. (Selain 10 WNI, Abu Sayyaf Juga Tawan 11 WNA).
Untuk langkah tersebut, harus ada dikoordinasi antara pemerintah, aparat dan perusahaan. Jadi, melihat mana yang lebih realitis dilakukan di lapangan.
Opsi lainnya, pemerintah Indonesia dapat melakukan negosiasi dengan melibatkan orang ketiga yang mengetahui Abu Sayyaf. Hal tersebut dilakukan agar resikonya lebih kecil.
Rais menerangkan, tren pembajakan di kalangan teroris terjadi karena faktor keterbatasan logistik dan finansialnya. Salah satu cara adalah dengan merompak kapal-kapal yang melewati perairan Filipina.
"Di perairan Filipina Selatan, Selat Malaka, perbatasan Natuna dan Cina Selatan memang jalur perompak," kata dia. Perairan yang isebut adalah jalur perdagangan sehingga membuat perompak dapat melakukan aksinya.
Terkait sepuluh orang sandera, TNI sudah mengetahui lokasi di mana mereka disandera. Diharapkan TNI dapat melakukan operasi secara senyap, cepat, dan tepat sasaran.
"Tidak perlu banyak publikasi. Yang penting WNI selamat. Lakukan secara cepat, senyap dan WNI selamat," tutur dia.
Sebelumnya, dua kapal Indonesia, yaitu kapal Tunda Brahma 12 dan kapal Tongkang Anand 12 telah dibajak kelompok yang mengaku Abu Sayyaf di Filipina. Kedua kapal tersebut membawa 7.000 ton batubara dan sepuluh awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.
Baca juga:
- Warganya Disandra, Pemkot Padang Serahkan pada Pemerintah Indonesia
- Pemerintah Harus Cari Tahu Posisi WNI yang Disandera
- Selain 10 WNI, Kelompok Abu Sayyaf Juga Sandera WNA
- Indonesia Jangan Gegabah Soal Sandera Abu Sayyaf
- Sandera WNI, Abu Sayyaf Ingin Kembali Eksis