REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Penularan virus flu burung berlangsung cepat, yaitu kurang dari satu pekan. Wina Listiani, Kepala Bidang Produksi Peternakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) kota Tangerang menjelaskan hal itulah yang membuat virus tersebut dianggap sangat berbahaya.
Sementara itu di kota Tangerang pernah terdeteksi suspect virus flu burung pada Maret tahun lalu yang menewaskan dua korban jiwa, seorang ayah dan anak di Cipondoh Makmur. Wina mengaku keduanya positif terkena virus flu burung, kemudian setelah itu ditelusuri unggas yang berada di sekitar tempat tinggal mereka. Lalu dari situ ditemukan burung merpati yang positif virus flu burung, setelah dinyatakan positif burung merpati tersebut langsung dimusnahkan.
“Namun setelah ditelusuri kembali ternyata si ayah ini juga beberapa hari sebelum tersuspect juga sempat kontak dengan unggas di Bogor. Sehingga kita tidak mengetahui pasti apakah dia tertular dari merpati itu atau dari unggas yang di Bogor,” ujarnya kepada Republika.co.id di DKPP Kota Tangerang, Senin (28/3).
Dia juga menjelaskan dalam memusnahkan unggas yang terkena virus flu burung harus dengan digalikan lubang kemudian baru unggas tersebut dibakar. Hal itu untuk agar virus yang menjangkit di tubuh unggas tidak menular ke manusia atau unggas lain.
Sementara menurut Wina virus tersebut riwayatnya jumlah kasusnya meningkat di musim hujan. Hal itu karena virus tersebut mudah menular dari aliran air. Sehingga jika terjadi banjir, kemungkinan penularan virus tersebut berkali lipat sangat berpotensi. Hal itu juga membuat kemungkinan mewabah tinggi, jika dibandingkan pada musim kemarau. Meskipun virus tersebut juga bisa menular kapan saja.
Pada bulan Maret tahun lalu pula terdapat unggas yang positif tersuspect vius flu burung. Kasus tersebut terjadi di kecamatan Karawaci dan Pinang. Dimana terdapat beberapa unggas yang mati mendadak pada saat itu. Namun kondisi tersebut tidak menular ke manusia.