REPUBLIKA.CO.ID,BEKASI -- Sejumlah pengemudi Gojek di Kota Bekasi, Jawa Barat berhamburan ke ibu kota untuk memantau situasi dalam demo sopir taksi, Selasa (22/3) kemarin. Kendati masih adem ayem, gesekan antara pengemudi taksi dengan transportasi berbasis aplikasi online turut menjadi perhatian para pengemudi di Kota Bekasi.
Aksi unjuk rasa itu juga menyita perhatian salah satu pengemudi Gojek di Kota Bekasi, Yoyon (45). "Kalau demo, itu hak mereka. Kita kan negara demokrasi. Kita tidak bisa melarang orang menyampaikan tuntutan. Silakan demo tapi jangan memakai kekerasan," kata Yoyon kepada Republika.co.id, Rabu (23/3).
Yoyon pun mendengar kabar adanya pengemudi Gojek di Jakarta yang menjadi sasaran para pengunjuk rasa. Ia ikut prihatin mendengar kondisi tersebut. Lantaran insiden itu, menurutnya, kemarin sejumlah perwakilan dari sejumlah paguyuban Gojek Bekasi sempat berhamburan ke ibukota untuk memantau situasi. (Baca: Sopir Taksi Perang Batu dengan Pengemudi Gojek).
Dia menegaskan, mereka tidak ikut unjuk rasa, tapi hanya melihat keadaan. Sebab, menurutnya, Gojek tidak diperkenankan ikut aksi unjuk rasa. Mereka hanya memantau keadaan, kemudian mengomunikasikan kepada rekan-rekan di Bekasi. Ada kurang lebih seratus orang yang ikut ke Jakarta dari puluhan paguyuban Gojek di Kota Bekasi.
"Mereka lihat situasi demo taksi yang menuntut taksi online ditutup. Takutnya nanti berimbas ke ojek online," tutur lelaki yang biasa mangkal di Stasiun Bekasi ini. Meski begitu, Yoyon yang bergabung dengan Paguyuban Gojek Tambun itu lebih memilih tidak ikut serta ke Jakarta.
Ia membeberkan, sebenarnya tidak hanya taksi, pendapatan para pengemudi Gojek pun sekarang menurun sekitar 20 persen dibanding masa-masa awal. Namun, menurut Yoyon, persaingan antara pengemudi transportasi aplikasi berbasis online di Kota Bekasi dengan konvensional masih wajar. "Kita netral saja. Yang penting saling menghormati. Sama-sama nyari rezeki," kata Yoyon.