REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transportasi berbasis aplikasi, Go-Jek, rupanya memiliki tujuan yang terbilang sederhana. Go-Jek sadar potensi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia sangat besar.
Sayangnya selama cara mengembangkan potensi tersebut masih terbatas. Masih sekadar potensi semata, namun realisasi mengembangkannya belum terlihat.
"Harapan kami Go-Jek bisa menjadi satu wadah untuk merealisasikan potensi UMKM Indonesia. Entah itu tukang ojek, warung, kami ingin membantu mereka memajukan bisnisnya," kata Co-Founder Go-Jek Kevin Aluwi kepada Republika.co.id, Senin (21/3)
Di antara para pelaku bisnis transportasi berbasis aplikasi, Go-Jek merupakan perusahaan asal Indonesia. Go-Jek, kata Kelvin, menjadi satu-satunya perusahaan teknologi karya anak bangsa yang sanggup bersaing dan mampu menduduki posisi nomor satu di antara perusahaan serupa di Asia.
Dia pun tak menyangka Go-Jek bisa tumbuh menjadi seperti sekarang. Jauh di atas ekspektasi semua orang. Pada Januari 2015, Go-Jek hanya memiliki 500 pengemudi. Namun pada akhir 2015 jumlah pengemudi mencapai angka fantastis 200 ribu orang.
Go-Jek merupakan sebuah perusahaan transportasi asal Indonesia yang melayani angkutan melalui jasa ojek. Perusahaan ini didirikan pada 2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim. Layanan Go-Jek tersedia di wilayah Jabodetabek, Bali, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, Palembang, Semarang, Yogyakarta, dan Balikpapan. Hingga bulan Januari 2016, aplikasi Go-Jek sudah diunduh sebanyak hampir 10 juta kali.