Selasa 22 Mar 2016 02:45 WIB

Produksi Kopi Dalam Negeri 685 Ribu Ton per Tahun

Pekerja memasak kopi jenis robusta secara tradisional di salah satu tempat produksi pengolahan bubuk kopi di Desa Ie Masen, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Rabu (17/2)
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Pekerja memasak kopi jenis robusta secara tradisional di salah satu tempat produksi pengolahan bubuk kopi di Desa Ie Masen, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Rabu (17/2)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi (AEKI) menyatakan potensi pengembangan industri kopi terbuka lebar terlebih karena saat ini, tingkat konsumsi kopi di Indonesia serta permintaan kopi dunia terus menanjak.

"Industri produk kopi Indonesia meningkat sekitar 8 persen per tahun. Meski banyak masuk produk-produk impor, kopi Indonesia memiliki daya saing karena kualitas kopi Indonesia sangat baik," kata Ketua Umum AEKI Irfan Anwar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (21/3).

Irfan Anwar juga mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia, setelah Brazil dan Vietnam.

Menurut dia, AEKI dan pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk terus membangkitkan industri kopi dalam negeri agar bisa mencapai urutan kedua.

Hal tersebut, lanjutnya, juga berkat dukungan Pemerintah yg telah menyetujui anggaran Rp 5,9 triliun untuk peningkatan produksi nasional sehingga dapat pula mendorong roda perekonomian para petani kopi lokal.

"Produksi kopi dalam negeri saat ini sebesar 685 ribu ton per tahun. Inilah yang menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia," kata Ketum AEKI.

Irfan menyebutkan AEKI akan mencanangkan sejumlah program seperti program intensifikasi dan ekstensifikasi, kemudian mempromosikan kopi-kopi lokal dari berbagai daerah.

Dia memaparkan, kopi lokal di Indonesia antara lain adalah seperti kopi Aceh gayo, Kopi Sumatra Mandailing, dan kopi Arabika Flores Bajawa. "Indonesia memiliki banyak sekali jenis kopi, inilah yang harus terus kita perkenalan dan promosikan," katanya.

Ia mengemukakan bahwa seluruh program itu juga membutuhkan peran aktif dari para generasi muda yang kreatif dan inovatif guna sama-sama mengembangkan produksi kopi lokal.

Sebelumnya, pengusaha kopi didorong untuk meningkatkan nilai produk ekspornya dengan tak hanya menjual biji kopi namun juga kopi dalam bentuk siap dikonsumsi.

"Saya prihatin. Kita kok berpikir ekspor saja. Kita tidak berpikir misalnya 'finishing product' (produk jadi). Masa kita impor dari negara tetangga," kata Wakil Ketua MPR Oesman Sapta, saat memberikan sambutan dalam rapat umum anggota AEKI di Jakarta, Kamis (10/3).

Oesman Sapta meminta pengusaha tidak untuk seharusnya khawatir pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), karena Indonesia memiliki kelebihan dan potensi yang sangat besar menguasai produk dan market ASEAN, Asia bahkan global.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement