Jumat 18 Mar 2016 20:52 WIB

Doa Habib Nabil untuk Pengunggah Foto yang Lecehkan Habib Munzir

Habib Nabil Al Musawa
Foto: Facebook
Habib Nabil Al Musawa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beredarnya foto almarhum Habib Munzir Al Musawa yang diganti dengan wajah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di sosial media ditanggapi bijak oleh keluarga almarhum. (Baca: Foto Habib Munzir Diedit dengan Wajah Ahok Hebohkan Twitter).

Kakak kandung almarhum Habib Munzir, Habib Nabil Al Musawa pun secara khusus meminta kepada jamaah Majelis Rasulullah untuk tetap tenang. Lewat akun facebook, Ketua Majelis Syura Majelis Rasulullah ini kemudian secara khusus mendoakan kepada para pengunggah foto tersebut. Berikut kutipan lengkapnya. 

 

Salaam..

Anak-anak ku jama'ah Majelis Rasulullah SAW. Aku mengetahui dirimu semua berada dalam keadaan gundah. Sebab akhir-akhir ini penghinaan dan hujatan kepada Majelis yang kita cintai ini benar-benar amat luar biasa.

Dari sejak foto Ana pribadi bersama Crew MR saat kita memprotes soal izin Monas ke balai kota yang kemudian diputarbalikkan seolah-olah mendukung Ahok.Dan baru saja tadi, ada lagi foto almaghfurlah Habibana Munzyr yang diedit lalu wajahnya -Laa ilaaha illaLLAAH- diganti dengan wajah Ahok. Biadab betul mereka yaa RABB..

Saat pertama melihat foto itu, air mata Ana mengalir tak henti-hentinya. Alangkah beratnya cobaan ini. Kalau hanya fitnah kepada diri Ana walau seberat apapun masih ringan buat Ana. Tapi kalau fitnah kepada adinda Habibana, yang sudah wafat pula..

Laa ilaaha illaLLAAH.. Laa ilaaha illaLLAAH.. Laa ilaaha illaLLAAH.. Muhammadun RasuluLLAAH SAW.. Benar-benar cobaan yang luar biasa dahsyat atas kesabaran kita semua.

Tapi saat sedih bercampur sesak dada ini, lalu berbagai permintaan untuk bersikap keras terhadap pembuat dan penyebar foto itu, lalu SMS, BBM, Twitter, WA, inbox FB dll yang bertanya soal foto tersebut, dan rasa marah pun mulai mengalir, Ana lalu ingat pada taushiyyah Habibana Ali Al Juffry saat bersama Gurunya Habibana Umar bin Hafizh sebagai berikut:

"Aku pernah berada di kota Aden, berada dalam satu majlis dengan seorang bekas penguasa/pemimpin yang sangat dzolim, dimana ketika berkuasa dia melakukan banyak kemungkaran dengan membantai atau membunuh banyak ulama ulama besar hadramaut, diantaranya, salah satu yg menjadi korbannya adalah guru mulia kami Asy Syahid Al Habib Al Imam Muhammad bin Salim Bin Hafidz, ayahanda dari guru kami Habib Umar Bin Hafidz..

Takdir telah membawaku untuk bertemu dengannya dan ketika aku menatapnya (setelah aku diberitahu siapa dia) timbul perasaan tidak suka/tidak nyaman yang luar biasa, bahkan aku tidak mau berbicara dengannya. Meskipun sekadar berdakwah sekalipun, aku tahu sikapku ini keliru dan salah, karena memanggil orang ke jalan Allah harus diutamakan, tak peduli siapa mereka atau apa yang pernah mereka lakukan.

Dan tiba tiba saja, orang zholim itu menghampiriku dan berkata, "aku ingin bertobat! Apa yang harus kulakukan?". Aku pun berusaha keras untuk menguasai diriku, agar bisa menjawab permintaannya dengan baik, dan aku berusaha tersenyum supaya ia tidak pergi menjauh dari kebenaran yang ia inginkan, segera setelah keluar dari majelis aku tetap merasa sangat terganggu dan tidak nyaman, maka aku menelepon guruku Sayyidil Habib Umar Bin Hafidz serta menceritakan dengan siapa aku telah bertemu, dan beliau hanya bertanya, "Apa maunya?", aku katakan keinginan orang itu untuk bertobat dan minta maaf, tapi aku tak mampu menuntunnya dgn baik karena hatiku sangat tak menyukai dengan apa yang telah ia lakukan di masa lalu..

Guru Mulia Habibana Umar kemudian berkata, "Ali, penuhilah haq ALLAH atas mu, yaitu menuntun ia kepada ALLAH, tunjukkan kasih sayang dan perhatian atasnya dari dasar hatimu yang paling dalam..

Dan untuk perasaanmu yang tidak suka berkumpul bersamanya atau ketidaknyamananmu itu maka alihkan kepada kebencian terhadap 'perbuatannya', bukan kepada individu atau orangnya..

Karena Rasulullah SAW tetap menerima keislaman Wahsyi (orang suruhan Hindun istri abu Sofyan) yang telah membunuh paman tercinta nabi, yaitu Sayyidina Hamzah (dgn cara menombaknya dari jauh kemudian memutilasinya dan mengeluarkan jantungnya), tetapi Nabi SAW pun tetap memaafkan dan mengampuni Wahsyi, meski beliau mengalami kesulitan menatap wajah Wahsyi dan berkata jangan biarkan aku melihatnya lagi, bukan karena benci pada Wahsyu, tetapi karena akan membuat kesedihan beliau SAW teringat lagi keadaan paman beliau kala syahid..

Kata-kata Habibana Umar ini sungguh tak ternilai dan sangat amat berharga bagiku, karena beliau sedang berbicara tentang manusia yang pernah melakukan kejahatan terbesar dalam hidup beliau sendiri (yaitu membunuh Ayah kandung beliau) dan memisahkannya dengan keluarga beliau!!

Tetapi Habibana Umar tetap teguh mengikuti Sunnah Baginda Rasulullah SAW. Inilah maksud dari ucapan Al Habib Abu Bakar Al 'Adeni yang berkata : "Marilah kita terapkan semua sunnah-sunnah Nabi SAW dalam setiap kejadian ataupun dalam setiap perbuatan dan juga dalam berbagai peristiwa hidup kita.."

Maka dengan ini mari kita, seluruh jama'ah Majelis RasuluLLAAH SAW berdoa, agar para penghina dan pembela itu semoga diberikan hidayah oleh ALLAAH SWT, semoga mereka disadarkan atas perbuatannya, dan diberi hidayah ke dalam Iman dan Islam..

Dan semoga melalui musibah ini ALLAH SWT memenangkan perjuangan saudara-saudara kita kaum Muslimin, dan semoga kita diberikan pemimpin Jakarta yang beriman dan bertakwa, bukan pemimpin yang zalim dan ahli maksiat, pemimpin yang sayang pada umat, dan yang dekat dengan para ulama serta Majelis, pemimpin yang tidak hanya mampu membangun fisik Jakarta, tetapi juga mampu membangun Iman dan akhlaq dari semua rakyatnya..

Allâhumma shalli ‘alâ Sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammad.. Aamiin ya RABB

Habib Ir Nabiel Fuad Al Musawa, M Si

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement