REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Selain dari aspek penegakan hukum, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) akan memperkuat kemampuan deteksi dengan koordinasi intelijen dan satuan tugas (satgas). Termasuk di dalamnya deteksi teknologi informasi intelijen juga perangkat lunak analisis terbaru.
BNPT juga akan meningkatkan kemampuan penyidikan secara ilmiah plus kemampuan penindakan terutama di medan yang bukan hanya di kota, tetapi juga di gunung dan hutan. "Yang pasti, BNPT harus memperkuat sinergi dengan melibatkan stakeholder, termasuk menyatukan internal di Polri juga TNI agar pencegahan terorisme itu bisa lebih masif dan terarah,” kata Kepala BNPT Tito Karnavian dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (17/3).
Tito juga menekankan pentingnya memperkuat kerja sama internasional. Selain memperkuat sinergi di tingkat lokal, kerjasama internasional mutlak harus ditingkatkan. "Terorisme bukan hanya masalah lokal, tapi sudah menjadi masalah global terutama terkait Alqaidah dan ISIS," kata dia.
Dia pun telah menyiapkan konsep penanggulangan terorisme ke depan. Namun dari seluruh konsep yang disiapkan, fokus utamanya tetap yaitu program pencegahan atau kontraradikalisasi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Tito Karnavian yang menjabat sebagai Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal dimutasi menjadi Kepala BNPT. Ia bersama sejumlah perwira tinggi di tubuh Kepolisian Republik Indonesia mengalami rotasi, seperti tercantum dalam surat telegram Kapolri bernomor ST/604/III/2016.
Tito akan menggantikan Komisaris Jenderal Saud Usman Nasution yang dimutasi menjadi perwira tinggi Badan Reserse Kriminal Polri karena akan memasuki masa pensiun. Pengganti Tito sendiri adalah Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Inspektur Jenderal Moechgiyarto.