REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Keluarga besar terduga teroris Siyono (34), sepertinya merasa tidak nyaman setelah pemakaman jenazah almarhum, Ahad (13/3) dini hari lalu. Pihak keluarga terlalu terusik dengan kedatangan tamu yang hendak menemui.
Pihak keluarga sepertinya apatis terhadap tamu yang datang. Mereka enggan memberikan keterangan apapun. Bahkan, merasa terganggu kedatangan wartawan. Mereka juga meminta perlindungan dari kepolisian, agar wartawan tidak bisa mengumpulkan informasi tentang almarhum Siyono yang ditangkap Densus 88 Anti Teror, Selasa (8/3) lalu.
''Pak Marso Diyono (orangtua Siyono) dan keluarga datang ke Balai Desa Pogungmrngsku terusik dengan kedatangan panjenengan (anda),rekan pers. Dia minta perlindungan, minta ketenangan,'' ujar Kades Pogung, Joko Widoyo, Selasa (15/3).
Sekitar pukul 10.00 WIB, Marso Diyono dan kakak Siyono, Wagiyono, mendatangi Balai Desa Pogung. Keduanya, diterima langsung Kades Joko Widoyo dan Kapolsek Cawas AKP Totok Mugiyanto. Selang satu jam mengobrol di ruangan tertutup. Kedua keluarga Siyono itu langsung pergi. Dan, tidak bersedia menemui wartawan.
''Mereka dia merasa terusik. Maklum, habis kehilangan anggota keluarga.Kesripahan (kematianb) Siyono. Kalau sekarang panjenengan (wartawan) datang wawancara minta keterangan, jadi tidak tenang. Ditanya wrtawan,pastijawabny tidak tahu. Maunya keluarga begitu,'' katanya.
Sebelum mendatangi Balai Desa Pogung, Wagiyono sempat angkat bicara saat ditelepon wartawan. Mewakili keluarga, dia menyatakan sudah mengikhlaskan kepergian adiknya, Siyono.
''Ya, dari pihak keluarga sudah mengikhlaskan. Keluarga sudah merelakan keadaan adik saya. Bagaimanapun itu yang terbaik. Jadi, untuk langkah berikutnya ingin kembali lagi bisa bermasyarakat, seperti yang lainnya. Nyaman,tidak tertekan dari manapun,'' kataWagiyono.