REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan terwujudnya perjuangan almarhum Sulistiyo yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia itu untuk kesejahteraan para guru se-Indonesia pada masa mendatang.
"Semoga cita-cita almarhum untuk memperjuangkan nasib dan masa depan guru se-Indonesia dikabulkan Allah SWT," katanya di Semarang, Selasa (15/3).
Ia mengatakan hal itu ketika melayat di rumah duka Sulistiyo yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI berasal dari Provinsi Jawa Tengah tersebut, di Jalan Karangingas Raya Nomor 8, Tlogosari Kulon, Kota Semarang.
Ketika mendengar pernyataan SBY tersebut, terdengar ungkapan "Amin" secara bersama-sama dari para pelayat yang memadati rumah duka dan sekitarnya itu. Pada kesempatan itu, SBY juga menyatakan belasungkawa yang mendalam atas kepergian Sulistiyo.
"Demikian yang ingin saya sampaikan pada hari yang penuh rasa duka bagi kita semua," ujarnya.
Sekitar pukul 11.25 WIB, SBY dengan antara lain didampingi isterinya, Ani Yudhoyono dan putera kedua mereka, Edhie Baskoro Yudhoyono, tiba di rumah duka dengan disambut perwakilan keluarga, sedangkan sekitar pukul 11.30 WIB, jenazah Sulistiyo yang diterbangkan dari Jakarta tiba di tempat tersebut.
Shalat jenazah dilakukan para pelayat di rumah duka dan di masjid yang letaknya di samping rumah duka. Terlihat hadir di antara ribuan pelayat, antara lain Ketua DPD RI Irman Gusman, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko, Sekda Pemprov Jateng Sri Puryono, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo.
Jenazah Sulistiyo rencananya dimakamkan di Semarang, namun karena permintaan orang tuanya akan dimakamkan di tanah kelahirannya di Banjarnegara, dan diberangkatkan dari Semarang sekitar pukul 12.00 WIB.
Ketua Umum PB PGRI Sulistyo meninggal dalam peristiwa korsleting listrik di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (RSAL) Mintoharjo, Jakarta, Senin, sekitar pukul 13.10 WIB. Sulistiyo yang juga mantan Rektor IKIP PGRI Semarang (sekarang Upgris) berada di RSAL Mintoharjo, Jakarta, untuk terapi oksigen murni (hiperbarik) yang ternyata baru kali pertama dijalaninya.
Salah satu pendiri Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) itu, lahir di Banjarnegara, 12 Februari 1962 dan wafat pada usia 54 tahun, meninggalkan seorang istri, yakni Halimah, dan dua orang anak.