Ahad 13 Mar 2016 18:04 WIB

Belum Panen, Penggilingan di Cirebon dan Indramayu Terpaksa 'Impor' Gabah

Rep: Lilis Handayani/ Red: Nidia Zuraya
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi
Foto: Antara
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Keterlambatan panen di wilayah sentra beras Cirebon dan Indramayu, membuat pemilik penggilingan beras masih terus mendatangkan pasokan gabah dari Jawa Tengah (Jateng). 

''Susah nyari gabah di sini, masih belum panen,'' ujar seorang pemilik penggilingan beras dari Desa Buyut, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Sri Wulandari, akhir pekan ini.

Supaya pabrik penggilingan berasnya terus beroperasi, Sri pun mengandalkan pasokan gabah dari Demak, Jateng. Dia biasanya membeli gabah dari daerah tersebut sebanyak dua truk atau 20 ton. 

Saat sampai di Cirebon, gabah itu harus dijemur terlebih dulu sampai kering. Lamanya penjemuran gabah tergantung kondisi cuaca, panas atau hujan. Selanjutnya, gabah digiling menjadi beras di penggilingan beras. 

Untuk harga gabah dari Demak, Sri menyebut tergantung tingkat kebasahannya. Untuk gabah yang basah sekali dan masih bercampur dengan batang-batangnya, harganya Rp 3.700 per kg. Sedangkan untuk gabah yang tidak terlalu basah, harganya Rp 4.200 per kg. 

Sri memperkirakan, baru bisa membeli gabah dari petani di wilayah Cirebon sekitar April atau Mei mendatang. Pasalnya, saat itu akan banyak petani yang panen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement