REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --Kusta atau lepra dikenal sebagai salah satu penyakit menular yang ditakuti masyarakat karena dampaknya yang fatal, yakni bisa menyebabkan kecacatan fisik.
Bahkan, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan Brasil untuk penyakit kusta, menunjukkan tingginya penderita penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium leprae di negara ini.
Namun, pemahaman yang minim atas penyakit kusta menjadikan persoalan semakin pelik karena muncul stigma di masyarakat yang akhirnya membuat penderitanya merasa malu dan terkucil.
Itulah yang membuat Dr. dr. Renni Yuniati tergerak untuk mendalami penyakit kusta, mengingat selama ini banyak penderita kusta yang berobat saat sudah stadium berat dan sulit diobati.
Ditemui usai mengisi Simposium "Tata Laksana Terbaru Kelainan Kulit, Kuku, dan Rambut" di Hotel Grasia, Semarang, Sabtu, perempuan ayu itu menegaskan kusta bisa disembuhkan.
"Pemahaman masyarakat yang kurang mengenai kusta menjadikan keberhasilan pengobatan rendah. Padahal, kusta bisa disembuhkan total dengan pengobatan kontinyu selama setahun," katanya.
Penyakit kusta, kata Sekretaris Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdoski) Kota Semarang itu mengingatkan, bisa dialami seluruh kalangan, bukan hanya dari kalangan marginal.
Ibu empat anak itu menjelaskan penderita kusta yang ditanganinya selama ini memang berasal dari berbagai kalangan masyarakat, seperti guru, pegawai negeri sipil (PNS), hingga polisi.
Masa inkubasi bakteri kusta yang bervariasi antara 2-40 tahun menjadikan banyak yang tidak tahu tertular penyakit yang ditandai dengan gejala bercak-bercak putih dan merah yang mati rasa.
"Stigma terhadap penderita kusta muncul karena kekurangpahaman masyarakat," kata perempuan kelahiran Solo, 23 Juli 1972 yang mengambil disertasi mengenai kusta di Universitas Airlangga Surabaya itu