Rabu 09 Mar 2016 08:21 WIB

Warga Aceh Padati Gedung Tsunami

Dua petugas Lapan menyiapkan teleskop untuk pengamatan gerhana matahari total (GMT) di Jembatan Ampera, Palembang, Selasa (8/9).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Dua petugas Lapan menyiapkan teleskop untuk pengamatan gerhana matahari total (GMT) di Jembatan Ampera, Palembang, Selasa (8/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Warga Kota Banda Aceh memadati sejumlah gedung penyelamatan tsunami guna melihat fenomena alam gerhana matahari, Rabu (9/3). Dari empat gedung tsunami yang berada di Kecamatan Meuraxa, dua di antaranya terlihat padat.

Dua gedung tsunami yang dipadati warga tersebut, yakni Escape Building Lambung dan Gedung TDMRC di kawasan Gampong Pie atau berada di belakang kuburan massal tsunami Ulee Lheue. Sementara, dua gedung tsunami lainnya, yakni di Gampong Dead Glumpang dan Gampong Deah Alu tidak sepadat dua lainnya. Di tempat itu hanya beberapa warga yang memantau dan melihat gerhana matahari.

Tidak hanya di gedung bertingkat, warga juga melihat dan memantau gerhana matahari di tempat-tempat terbuka, seperti Pantai Ulee Lheue dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Gampong Lambung, Kecamatan Meuraxa. Di Gedung TDMRC, warga memadati tempat tersebut. Mereka mengabadikan fenomena alam tersebut menggunakan piranti di telepon genggam maupun kamera.

Warga yang memantau di gedung itu sempat kecewa karena matahari tertutup awan. Namun, ketika gerhana berlangsung, awan tidak lagi menutup matahari. Di Aceh sendiri tidak mengalami matahati total, yang terlihat hanya matahari sabit. Proses gerhana terlihat dari pukul 07.15 WIB hingga pukul 07.30 WIB.

Bersamaan dengan gerhana, warga memadati Masjid Baiturrahim Ulee Lheue, Banda Aceh, menggelar shalat sunat gerhana matahari berjamaah, yang jaraknya kurang dari 200 meter dari Gedung TDRMC. Terjadi kemacetan di sekitar Masjid Baiturrahim dan Gedung TDMRC karena padatnya kendaraan bermotor warga, baik roda empat maupun roda dua.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement