Rabu 09 Mar 2016 07:15 WIB

Pengamatan GMT di Tiga Lokasi Cerah, Dua Lokasi Tertutup Awan

Rep: Amri Amrullah/ Red: Angga Indrawan
Dua petugas Lapan menyiapkan teleskop untuk pengamatan gerhana matahari total (GMT) di Jembatan Ampera, Palembang, Selasa (8/9). Petugas Lapan serta BMKG melakukan simulasi untuk pengamatan GMT yang akan berlangsung Rabu (9/3).
Foto: ANTARA
Dua petugas Lapan menyiapkan teleskop untuk pengamatan gerhana matahari total (GMT) di Jembatan Ampera, Palembang, Selasa (8/9). Petugas Lapan serta BMKG melakukan simulasi untuk pengamatan GMT yang akan berlangsung Rabu (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan saat ini proses pengamatan di 12 wilayah Gerhana Matahari Total (GMT) tidak semuanya dapat dilihat langsung dengan baik. Hal ini dikarenakan cuaca dan awan yang menutupi langit saat terjadinya GMT.

Kepala Sub-Bidang Informasi BMKG Harry Tirto Djatmiko mengatakan hanya tiga lokasi dari seluruh 12 wilayah terjadinya GMT yang potensi cuaca saat proses GMT cukup cerah dan bagus untuk pengamatan, sedangkan dua wilayah lain tertutup awan bahkan terindikasi hujan.

"Tiga lokasi yang cerah dan bagus pengamatan, Balikpapan, Palu dan Ternate, sedangkan yang tertutup awan dan potensi hujan di Bengkulu dan Palangkaraya," katanya, Selasa (9/3).

GMT di Indonesia akan melewati Indonesia dan dirasakan di 12 provinsi, di antaranya Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, dan Bangka Belitung. Selain itu, semua provinsi di Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara), Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara juga dilintasi.

Namun, tidak semua daerah di provinsi itu dilintasi jalur totalitas gerhana. Pusat jalur gerhana total, GMT terpendek terjadi di Seai, Pulau Pagai Selatan, Sumatera Barat, selama 1 menit 54 detik dan terpanjang di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara, selama 3 menit 17 detik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement