Senin 07 Mar 2016 23:04 WIB

'Bung Karno Pernah Sebut Petani Tembakau Sokoguru Revolusi'

Petani memetik daun tembakau bagian atas yang tersisa di Karangawen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (1/12).
Foto: ANTARA
Petani memetik daun tembakau bagian atas yang tersisa di Karangawen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (DPN APTI), Nurtantio Wisnu Brata angkat bicara terkait pernyataan Dewan Penasihat Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Prof Emil Salim yang menyebut petani tembakau di Indonesia tidak memiliki nilai tawar terhadap harga komoditas yang mereka tanam selama ini.

“Emil Salim mungkin lupa sejarah bahwa Bung Karno menyebut petani itu sokoguru revolusi sejak jaman perjuangan kemerdekaan,” kata Nurtantio kepada wartawan di Jakarta, Ahad (6/3).

Menurut dia, pemikiran Emil bersama kelompok antitembakau di Indonesia jelas berkepentingan untuk mematikan sektor pertanian tembakau. Maka, mereka mengeluarkan berbagai argumen untuk meyakinkan tembakau itu produk yang membahayakan kesehatan masyarakat.

Nurtantio mengkritik Emil sebagai tokoh yang melupakan bahwa bagi sebagian petani di Indonesia, pertanian tembakau satu-satunya sandaran hidup terbaik bagi petani tembakau yang harus lestari. Ia berpesan agar pihak yang mengklaim antitembakau memandang industri hasil tembakau dengan 'cara Indonesia', bukan dengan cara asing.

Karena itu, masih kata dia, semua ancaman regulasi pemerintah yang tak adil, yang lebih mengutamakan kepentingan asing harus dilawan. Sebab, itu ancaman bagi kedaulatan ekonomi petani tembakau.

“Karena sumber ekonomi kami hanya tembakau, maka, regulasi dan kepentingan asing merupakan ancaman terhadap hak hidup petani tembakau. Hidup atau mati bersama tembakau, tak bisa ditawar-tawar,” ucap dia.

Menurut dia, kebijakan yang dilandaskan pada semangat membasmi kretek hendaknya disadari penuh dilema. Tak mungkin semangat seperti itu berlangsung di atas landasan kebenaran yang kokoh.

Mereka menjunjung tinggi kesehatan masyarakat, tapi di saat yang sama membunuh jutaan warga Negara. Semestinya, kata dia, mereka perlu berpikir agak sedikit mendalam, dengan menimbang sisi keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan yang tidak bisa diabaikan.

"Jika betul mereka hendak menampilkan tata pemerintahan yang menjaga keutuhan bangsa,” katanya.

Nurtantio justru menyayangkan pemerintah yang seolah tidak peduli dengan jerit tangis petani tembakau yang diancam kelestariannya. “Atas permasalahan itulah, petani tembakau meminta DPR dan Pemerintah untuk segera mengesahkan RUU Pertembakauan yang semangatnya melindungi keberlangsungan hidup petani tembakau,” ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement