Senin 07 Mar 2016 01:03 WIB

Sejarah Seni Badud dari Kampung Badud

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ilham
Kesenian Badud
Foto:
Alat musik badud (dogdog) yang terbuat dari kayu pohon dan kulit kerbau. Sebelah kiri (Haer) sebagai dalang badud, di tengah (Rozi) dan abah (Karsodi) mantan dalang badud sebelah kanan

Keempat pemain ini disebut dalang, sendul, onyon, dan engkelek. Dalang membawa alat musik badud paling besar di antara yang lainya. Sendul membawa alat musik badud yang sedikit lebih kecil. Kemudian onyon dan engkelek membawa alat musik badud yang lebih kecil lagi.

Keempat pemain utama ini akan membacakan wawangsalan atau lebih dikenal nyanyian-nyanyian rakyat. Nyanyian tersebut lebih mirip pantun. Mereka juga akan berperan sosok yang lucu dan meghibur.

Kemudian, setelah empat pemain utama cukup tampil dan menghibur. Datanglah dua pemain yang memerankan sosok kakek-kakek dan nenek-nenek. Mereka menggunakan topeng kakek dan nenek tua. Dialog dan olah gerak karakter ini juga akan membuat penonton terhibur dan tertawa.

Dua karakter ini biasanya merefleksikan kakek dan nenek yang sedang menanam padi dan mengusir hama. Kemudian, penampilan berikutnya lebih menarik lagi. Kesenian tradisional ini benar-benar sangat berbeda dengan yang lainnya.

Setelah penampilan kakek dan nenek, mulai bermunculan sosok-sosok hewan yang ada di hutan. Satu persatu muncul sosok harimau, lutung, anjing, babi hutan, kuda, dan lain sebagainya. Tapi, yang kerap ditampilkan biasanya empat sampai lima jenis hewan saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement