Ahad 06 Mar 2016 08:48 WIB

Plastik Berbayar Diusulkan Naik 10 Persen

Rep: c32/ Red: Agung Sasongko
Mulai Ahad (21/2), pemerintah melakukan uji coba kebijakan kantong plastik berbayar saat berbelanja di sejumlah tempat.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Mulai Ahad (21/2), pemerintah melakukan uji coba kebijakan kantong plastik berbayar saat berbelanja di sejumlah tempat.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Program plastik berbayar di Bogor sudah diterapkan dan disosialisasikan selama tiga bulan kedepan. Semenjak diresmikan Ahad (21/2), harga plastik berbayar Rp 200 dinilai belum efektif untuk mewujudkan tujuan dari program tersebut.

 

“Agar masyarakat mau bawa tas atau kantong sendiri maka plastik berbayarnya dinaikan 10 persen dari apa yg dibeli,” kata Wakil Walikota Bogor Usmar Hariman kepada Republika.co,id, Ahad (6/3).

 

Meskipun nominal yang juga dinaikan, Usmar menilai hal tersebut bukan berarti masyarakat dianjurkan membeli plastik. Menurutnya, masyarakat juga perlu dan penting membiasakan membawa kantong sendiri ketika berbelanja.

 

Tak hanya masalah kantong berbelanja, Usman berpendapat ada hal efektif lain juga yang bisa dilakukan. “Peran produk-produk yang berbungkus harus juga kena beban. Misal kemasan susu, makanan ringan, dan lainnya,” jelas Usmar.

 

Usmar menilai sisa kemasan plastik dari produk-produk jauh lebih besar jumlahnya dibandingkan kresek plastik untuk berbelanja. Oleh karena itu, kata dia, pemerintah pusat harus membuat regulasi kemasan makanan dan minuman tidak boleh lagi berbahan plastik namun kemasan ramah lingkungan.

 

Semenjak plastik berbayar diterapkan di Bogor, terpantau msyarakat belum menerika edukai yang baik mengenai program tersebut. Nilai plastik berbayar yang terlalu murah belum bisa membuat masyrakat terbiasa untuk mengurangi plastik dan beralih kepada tas belanja yang bisa digunakan berkali-kali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement