Sabtu 05 Mar 2016 20:19 WIB

Tak Gelar Munas, Bisa Muncul 'Golkar Perjuangan'

Golkar
Golkar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Mahkamah Agung (MA) telah menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang membatalkan pelaksanaan Munas Golkar kubu Agung Laksono. Kemenangan bagi kubu Munas Bali ini pun disinyalir akan membatalkan pelaksanaan Munas rekonsiliasi.

Namun, wacana pembatalan Munas pascaputusan MA itu pun disayangkan oleh pengamat komunikasi politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing. Emrus menyatakan, jika Munas yang ditujukan untuk mendamaikan kedua kubu itu benar-benar ditiadakan, maka sangat mungkin partai tersebut akan terpecah.

“Bahkan, hipotesa saya menyatakan, pihak yang tak puas akan membawa gerbongnya untuk mendirikan partai baru atau mungkin saja Golkar Perjuangan,” ujar Emrus dalam diskusi politik‎ bertajuk 'Tantangan Golkar Baru di Era Partai Modern' di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (3/3).

Ia menegaskan, jika ingin utuh, maka Golkar harus melepaskan egonya masing-masing. Jangan ada yang merasa menang ataupun kalah pascaputusan MA tersebut. “Masukan saya terhadap Golkar, karena ini konflik dilatarbelakangi persaingan faksi, maka Munas harus merangkul semua unsur kepentingan, jangan berdasar ego.”

Dengan baru diputusnya gugatan ke MA yang menyatakan kubu Ancol ditolak, maka pihak yang menang jangan merasa lebih hebat, kemudian meninggalkan faksi lain. Kelompok Ancol jangan juga menjauhkan diri. “Ini kesempatan dua kubu saling merangkul,” ujar Emrus.

Jika Golkar pecah, maka partai lain akan menikmati. Apalagi, kini partai sedang dalam mempersiapkan kembali pemenangan Pilkada di 2017. “Catatan saya, Golkar tidak menang di pilkada 2015. Jangan sampai hal ini terulang lagi di pilkada berikutnya. Termasuk ‎pemilu 2019,” katanya.

Lalu, jika Munas berhasil dilaksanakan, Emrus menjelaskan, Munas harus mampu melahirkan tokoh yang bisa merangkul semua kepentingan. “Siapa? Ya mereka yang tidak terlibat langsung Ancol dan Bali. Kalau bisa yang senior-senior ini tidak muncul lagi sebagai pemimpin. Mampukah Munas mendatang melahirkan tokoh semacam itu? Munas mendatang kalau bisa voting tertutup, ini akan menghasilkan keputusan terbaik. Jangan aklamasi,” kata Emrus.

Calon ketua umum Golkar ‎Indra Bambang Utoyo menyatakan, dia tidak akan tampil sebagai calon penggembira. Indra ingin maju di Munas karena bertekad memajukan partai yang sedang minim keteladanan kepemimpinan.

“Saya ingin menjadikan partai ini menjadi modern. Karena akhir-akhir ini Golkar terjebak dalam ideologi individualisme. Tidak ada lagi penghormatan terhadap pemimpin,” ujar Indra.

Ia menjelaskan, seharusnya partai modern tidak bertumpu pada satu orang. Tidak seperti perusahaan. “Partai adalah penyalur aspirasi rakyat. Hampir semua partai bertemu rakyat saat pemilihan. ‎Partai harus punya sumber pemimpin,” katanya.

Indra yang merupakan Ketua Badan Pemenangan Pemilu Indonesia Tengah hasil Munas Bali ini meyakini, Munas Golkar akan tetap dijalankan meski MA telah mengabulkan hasil Munas Bali. “Saya yakin pak Ical akan mengijinkan pelaksanaan Munas dan saya yakin pula Pak Ical juga akan menyerahkan jabatannya kepada pada tokoh lainnya,” kata Indra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement