REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika UPT Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut akan menurunkan tim untuk meneliti gerhana matahari total yang diperkirakan terjadi di Palangka Raya, 9 Maret 2016.
"Dari BMKG ada tiga peneliti dari pusat yang dilengkapi satu set alat teropong," kata Kepala Badan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) UPT Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut I Wayan Mustika di Palangka Raya, Sabtu (5/3).
Wayan mengatakan, penelitian tersebut dilakukan dengan beberapa pengamatan metrologi, geofisika dan proses GMT. Penelitian geofisika akan meneliti perubahan gravitasi bumi yang terjadi menjelang GMT, saat sempurnanya GMT dan pasca GMT.
Di mengatakan, penelitian ini dilakukan di Lapangan Sanaman Mantikei, Palangka Raya atau tempat event wisata GMT digelar. Penelitian kedua terkait metrologi akan dilakukan di kantor stasiun metrologi yang berada di kawasan Bandara Tjilik Riwut.
"Pada sisi metrologi, kami akan meneliti, memantau dan mencatat data tentang perubahan kelembaban udara, suhu udara dan radiasi matahari yang dihasilkan saat GMT. Dari setiap perubahan pada proses GMT kita juga akan kumpulkan data-data yang ada," kata Wayan.
Dia mengatakan, secara umum penelitian ini dilakukan selama sepakan. Mulai pada tiga hari menjelang GMT, saat GMT hingga tiga hari setelah GMT. Tujuannya untuk melihat seberapa pengaruh GMT terhadap keadaan manusia serta makhluk hidup lainnya.
"Dengan terjadinya gernaha matahari ini lapisan yonosfir atau tempat ion-ion yang berada di atmosfer tertutup. Seberapa pengaruhnya keadaan itu sampai ke permukaan bumi, ini yang akan kita analisa," katanya.
Dalam penelitian itu juga akan bergabung dengan peneliti dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya.
"Kemaren IAIN juga mengajukan diri ikut melakukan penelitian. Di lain tempat tim dari ITB dan Lapan juga akan melakukan riset yang bertempat di Universitas Negeri Palangka Raya (UNPAR)," katanya.