Jumat 04 Mar 2016 21:11 WIB

Mobilisasi Pengemis Jalanan Resahkan Warga

Gelandangan dan pengemis.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Gelandangan dan pengemis. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Satpol PP Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mulai menyelidiki dugaan mobilisasi pengemis di sejumlah fasilitas umum daerah tersebut karena mulai meresahkan warga.

"Kami akan selidiki dulu apakah ada koordinatornya atau tidak," kata Kabid Ketertiban Umum Satpol PP Tulungagung Wahiyd Masrur di Tulungagung, Jumat (4/3).

Saat ini, kata dia, penertiban belum serta merta dilakukan. Kendati sudah mulai banyak terlihat pengemis di beberapa titik lokasi, terutama di halaman masjid setiap usai shalat Jumat, satpol PP belum melakukan tindakan. Menurut Wahiyd Masrur, penyelidikan diprioritaskan untuk memutus akar jaringan pengemis yang diduga dikoordinir oleh oknum tertentu.

"Jika ada kami akan mencari orang yang mengkoordinirnya, sebab hal ini merupakan salah satu penyakit masyarakat," katanya.

Wahiyd menegaskan bakal menindak pengemis yang nekat beraktivitas di tempat-tempat publik. Sebab, kata dia, berdasarkan peratuaran daerah nomor 7 tahun 2012 tentang ketertiban umum, warga dilarang menggelandang dan mengemis di fasilitas umum (fasum) seperti terminal, perempatan, rumah sakit, masjid maupun tempat publik lainnya.

Sedangkan mengemis yang bekeliling dari rumah ke rumah, warung, dan toko milik warga masih diperbolehkan asalkan tidak mengganggu atau meresahkan warga sekitar.

"Jika melakukan pengemisan di fasum jelas tidak boleh, sedangkan untuk pengemis selain di tempat itu masih diperbolehkan. Tinggal dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi bagaimana cara membinanya," ujarnya.

Dugaan adanya induk semang atau koordinator pengemis mencuat setelah warga mengeluhkan banyaknya tuna wisma yang meminta-minta di halaman dan pintu gerbang sejumlah masjid besar di Tulungagung, Jumat.

Informasi warga, hampir setiap jumat, sekitar pukul 07.00 WIB, selalu ada mobil yang menurunkan beberapa perempuan paruh baya dengan pakaian lusuh di jalan sekitar Terminal Gayatri, Tulungagung. Para perempuan pengemis itu rata-rata berusia sekitar 50 tahun dan mengenakan daster serta membawa kain jarik.

"Setelah turun, perempuan itu berpencar dan saya tidak tahu pergi ke mana. Namun sekitar dua jam ada beberapa di antaranya yang datang kemari dengan mengemis," tutur Irsyad, salah satu warga yang mengaku melihat hal tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement