Kamis 03 Mar 2016 19:12 WIB

Orang Tua di Mentawai Waswas Lepas Anak ke Sekolah

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ilham
Siswa-siswi sekolah dasar (SD) mengikuti upacara bendera di SDN 18 Pasakiat Taileleu, Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, Senin (14/9).   (Antara/Hafidz Mubarak A.)
Siswa-siswi sekolah dasar (SD) mengikuti upacara bendera di SDN 18 Pasakiat Taileleu, Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, Senin (14/9). (Antara/Hafidz Mubarak A.)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa berkekuatan 7,8 SR yang mengguncang sebagian besar wilayah Sumatra Barat (Sumbar) membuat orang tua di Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, waswas melepas anaknya ke sekolah.

"Kebanyakan orang tua murid tak membolehkan anaknya pergi ke sekolah karena takut ada gempa susulan," kata salah seorang warga Sikakap, Supri Lindra, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (3/3). (Warga Sikakap Mengungsi ke Bukit).

Ia mencontohkan, di SDN 01 Sikakap, aktivitas belajar mengajar masih berjalan seperti biasa. Namun, hanya beberapa murid saja yang masuk sekolah. Sebab, sebagian besar orang tua melarang anak-anaknya masuk sekolah.

"Anak saya sedang sakit. Anak adik saya dilarang ke sekolah karena takut terjadi gempa susulan, siapa tahu terjadi apa-apa," kata dia.

Supri berujar, saat ini belum ada laporan kerusakan akibat gempa yang berpusat di 5,16 derajat lintang selatan dan 94,05 bujur timur, sekitar 682 kilometer arah barat daya Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Sebab, ia melanjutkan, gempa tersebut tidak begitu terasa di daerah Sikakap.

Pada Rabu malam, jaringan komunikasi memang sempat bermasalah kendati masih ada sinyal telepon seluler. Kemudian, listrik di daerah Sikakap sama sekali tidak padam.

Bahkan, kata Supri, ada masyarakat yang sama sekali tidak merasakan gempa berkekuatan 7,8 SR tersebut. Beberapa dari warga justru mengetahuinya dari sirine yang berbunyi, televisi, dan pesan singkat dari BMKG.

"Ada SMS dari BMKG langsung terjadi gempa berpotensi tsunami, diminta kepada warga untuk mengevakuasi diri. Mereka baru mengungsi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement