Kamis 03 Mar 2016 16:22 WIB

Cagub DKI Diminta Perbanyak Visi Perkotaan daripada Bicara Politik

Rep: Amri Amrullah/ Red: Karta Raharja Ucu
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) menjawab pertanyaan wartawan usai menjalani pemeriksaan oleh penyidik Direktorat Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri di Jakarta, Kamis (25/2).
Foto: Antara/Reno Esnir
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) menjawab pertanyaan wartawan usai menjalani pemeriksaan oleh penyidik Direktorat Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri di Jakarta, Kamis (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama-nama bursa calon gubernur DKI yang berkembang saat ini dinilai masih minim berbicara visi dan misi perbaikan Kota Jakarta. Sebagian besar dari nama-nama kandidat yang ada masih berkutat pada perbincangan kekuatan politik, terutama mengalahkan pejawat, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Pengamat politik, Yunarto Wijaya mengatakan dari nama-nama kandidat yang dikabarkan maju di Pilgub DKI 2017 mendatang, sedikit di antara mereka yang memaparkan visi dan misinya terkait perkotaan, perbaikan Jakarta yang lebih baik.

"Kebanyakan mereka masih berbicara politik dan menggalang kekuatan politik," ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (3/3).

Menurut dia, warga Jakarta tidak bisa disamakan dengan di daerah lain yang mudah terpengaruh hanya karena kekuatan dan dukungan dari partai politik. Warga Jakarta, dianggap lebih kritis dan lebih memperhatikan program, memberi solusi menata dan meperbaki Jakarta dari masalah Ibu Kota yang sangat kompleks.

Dari nama-nama yang ada saat ini diisi oleh tokoh nasional, menurut dia, belum bisa menjanjikan mereka yang terkenal secara nasional akan dipimpin masyarakat Jakarta. "Contohlah Yusril Ihza Mahedra, publik mengenal sebagai tokoh nasional, tapi ia lebih banyak berbicara hal-hal yang makro dibandingkan misi perkotaan," kata dia.

Walaupun Yusril telah menemui mantan presiden SBY dan berusaha mendapatkan dukungan politik dari kekuatan yang kontra terhadap Ahok. Termasuk ketika kakaknya, Yuslih Ihza menang di Belitung Timur saat menghadapi adiknya Ahok, Basuri Tjahaja Purnama. Menurut dia itu tidak cukup, karena Jakarta tidak bisa disamakan dengan daerah lain.

Hal yang sama terhadap Adhyaksa Dault. Menurut Yunarto hingga kini Adhyaksa tidak memposisikan dirinya memiliki kelebihan dari kandidat calon gubernur yang lain, termasuk Ahok. Program Adhyaksa mengelola Jakarta dan menyelesaikan permasalahan Ibu Kota, belum pernah didengar.

Ia berharap nama-nama kandidat calon gubernur yang saat ini ramai di bicarakan publik Jakarta, saatnya mulai berbicara program. "Kuliti semua kebijakan Ahok yang dianggap lemah serta kebijakan anggaran daerah yang tidak benar, dan beri solusi pogram yang terbaik. Jangan hanya berbicara kekuatan politik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement