Rabu 02 Mar 2016 16:41 WIB

Pengamat: Banyak yang Benci tapi Banyak Juga yang Rindu Ahok

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Teguh Yuwono menilai Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan menghadapi perlawanan yang relatif ringan dalam persaingan di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.

Sebab menurutnya saat ini sebagian besar masyarakat menilai Ahok sudah mampu memimpin dengan baik. Selain itu, ia menilai kekuatan para bakal calon Gubernur DKI Jakarta yang mencuat saat ini tidak seimbang dengan Ahok, sekalipun sosok sekaliber Yusril Ihza Mahendra akan ikut meramaikan Pilgub DKI.

"Yusril memang canggih di bidang hukum atau kementerian, tapi di level eksekusi belum terbukti bahw dia bisa dengan sukses memimpin satu daerah atau wilayah," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (2/3).

Teguh menyebut meskipun Ahok sering melontarkan kata-kata kasar dan ada yang tidak menyukainya, namun tibanyak pula yang menginginkannya tetap memimpin Jakarta. "Kalau diibaratkan lagu, benci tapi rindu. Yang benci banyak tapi yang rindu dengan Ahok karena ketegasan, kelugasan, kebranian, dan kecepatannya juga banyak," katanya.

Ahok, kata Teguh, seperti nothing to lose dalam setiap mengambil keputusan. Misalnya ketika melakukan penggusuran di beberapa lokasi yang mengambil tanah negara, Ahok menegaskan tidak akan mengganti rugi.

Sebaliknya, dia justru mengancam para pengguna tanah negara tersebut apabila tidak mau ditertibkan. Tidak sembarang orang berani melakukan ini. Menurutnya, Ahok sosok cerdas. Hal ini tercermin saat Ahok dimintai pendapatnya soal Yusril.

Ahok menyebut bahwa dia tidak butuh suara terlalu banyak dalam memenangkan Pilgub tahun depan. Cukup 51 persen, maka ia bisa menduduki posisi tersebut.  Ahok tidak peduli apabila suara yang 49 persen membencinya karena yang penting baginya adalah 51 persen suara pendukung.

"Dia mengerti proses itu, ini canggih untuk selevel Ahok yang tidak pernah belajar ilmu politik," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement