Rabu 02 Mar 2016 16:13 WIB

KLB DBD, Permintaan Darah Meningkat

Rep: Eko widiyatno/ Red: Andi Nur Aminah
Seorang anak pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) terpaksa harus dirawat di lorong ruangan Rumah Sakit
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Seorang anak pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) terpaksa harus dirawat di lorong ruangan Rumah Sakit

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Jumlah penderita KLB di Kabupaten Banyumas, terus meningkat. Data terakhir di Dinas Kesehahatan setempat, jumlah penderita DBD yang meninggal dunia sudah lebih dari 80 orang. Dari jumlah penderita tersebut, sembilan orang meninggal dunia. Dengan kondisi tersebut, Pemkab Banyumas juga telah menetapkan kasus DBD di daerahnya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Terkait dengan peningkatan kasus DBD, staf pencari pelestari donor darah dukarela UDD PMI Cabang Banyumas Yapto Indrawan, mengakui jumlah permintaan darah dari masyarakat mengalami peningkatan.  "Dalam kondisi normal, permintaan darah ke PMI hanya 130 kantong per hari. Namun sejak merebaknya kasus DBD, permintaan darah meningkat hingga 150 kantong per hari," jelasnya, Rabu (2/3). 

Peningkatan permintaan tersebut berlangsung sejak dua bulan terakhir. Dia mengaku belum bisa memastikan apakah peningkatan permintaan darah tersebut terkait dengan DBD. Namun dari proses yang dilakukan terhadap permintaan tersebut, dia memperkirakan peningkatan permintaan darah memang terkait dengan kasus DBD. 

Menurut Yapto, dalam kasus pemberitaan tranfusi darah bagi penderita DBD, biasanya darah yang diminta harus diolah dulu menjadi trombosit. "Jadi transfusi darah bagi penderita DBD, bukan dalam bentuk darah segar. Melaikan harus diolah dulu menjadi trombosit," katanya.

Dia menyebutkan, pemberian transfusi trombosit biasanya diberikan pada pasien yang kadar trombositnya sudah sangat rendah. Bahkan bisa saja pasien tersebut sudah memasuki fase DSS (Dengue Shock Syndrom).  

Meski terjadi terjadi peningkatan permintaan, Yapto menyebutkan, sejauh ini permintaan tersebut masih bisa dipenuhi PMI. Meski demikian dia mengakui, untuk jenis golongan darah AB, pihaknya kadang mengalami kekurangan karena sulit didapat. Berbeda dengan stok golongan darah lainya, yang lebih mudah diperoleh.  

"Kalau ada yang membutuhkan darah golongan AB, kami minta keluarga pasien ikut membantu untuk mencarikan darah pengganti. Apalagi karena satu pasien DBD, bisa membutuhkan transfusi darah hingga 20 kantong," katanya. 

Sementara di Kabupaten Banjarnegara, jumlah penderita DBD juga masih terus mengalami peningkatan. Data terakhir dari Dinas Kesehatan setempat, jumlah penderita DBD ada 202 orang. Dari jumlah penderita tersebut, pasien yang hanya mengalami gejala demam sebanyak 64 orang dan yang sudah sampai tahap Dengue Hemorhagic Fever ada sebanyak 138 orang. "Dari jumlah tersebut, yang meninggal tercatat satu orang," jelas Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan DKK  Banjarnegara, Sri Yuniarti.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (P2PKLN) DKK Banjarnegara, Aep Kusuma  mengatakan saat ini penderita DBD telah ditemukan di 18 kecamatan. Dengan demikian, dari 20 wilayah kecamatan di Banjarnegara hanya dua kecamatan yang belum dilaporkan ada kasus DBD. Yakni, wilayah Batur dan Pandanarum. 

Dari 18 kecamatan tidak semua merupakan kasus indegineus atau penularan setempat. Penderita DBD di sejumlah kecamatan diindikasikan merupakan kasus impor. Terutama untuk wilayah yang jumlah penderitanya sedikit. "Penderita kemungkinan penderita tertular saat bepergian ke luar wilayah kecamatan," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement