REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon Gubernur DKI Jakarta Yusril Ihza Mahendra harus menggandeng figur yang memiliki popularitas dan aksesibilitas tingggi. Karena hingga kini, aksesibilitas Yusril tergolong cukup rendah untuk memenangkan Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.
Pengamat politik dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang Joko Prihatmoko mengatakan kaum urban memiliki selera khusus dan karakteristik politik tersendiri.
"Karakter atau tipe-tipe yang tidak familiar di kaum urban harus dilengkapi calon yang ideologinya nasionalis, namun familiar," kata dia kepada Republika.co.id, baru-baru ini.
Berdasarkan karakteristik kebudayaan kaum urban, mereka (para bakal calon) yang bekerja dengan baik pasti akan mempengaruhi elektabilitas. Yusril juga sebaiknya memilih pasangan dari luar lingkungan politik.
"Sebaiknya pilih yang non-partai," ujar Joko.
Yusril terlihat tidak main-main menghadapi perhelatan pemilihan orang nomor 1 DKI. Terbukti, pada Senin (29/2) Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) ini menemui Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di kediamannya di Cikeas, Jawa Barat.
Yusril sendiri menyebut dengan mundurnya Ridwan Kamil dari bursa calon Gubernur DKI, maka pihaknya akan meningkatkan penggalangan kekuatan untuk mewujudkan pertarungan melawan calon pejawat (incumbent) Ahok. Dia berharap Pilgub DKI tahun depan dapat dilakukan secara head to head atau hanya terdiri dari dua pasangan calon, yakni Yusril dan Ahok beserta pasangannya masing-masing. Hal ini bertujuan agar rakyat bisa fokus memilih Gubernur DKI seperti dalam ajang Pilpres lalu antara Jokowi dan Prabowo.
(Baca juga: Sebut Yusril Lawan Terberat, Pernyataan Ahok Dinilai Berbau Politis)