REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) Daerah Istimewa Yogyakarta mengatakan para perajin di perdesaan dapat diberdayakan untuk membuat tas belanja alternatif untuk mendukung pengurangan penggunaan plastik.
"Kalau plastik berbayar itu hanya salah satu cara saja dalam rangka mengurangi penggunaan plastik, masih banyak cara lain," kata Ketua Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) Saktyarini Hastuti di Yogyakarta, Selasa (1/3).
Menurut Saktyarini para perajin yang banyak tinggal di perdesaan justru telah memiliki kearifan lokal menggunakan kantung atau tas belanja dari bahan alam atau bahan ramah lingkungan lainnya.
"Mereka malah masih memiliki kearifan lokal dengan menggunakan kantung dari anyaman bambu, pandan atau bahan lainnya," kata dia.
Oleh sebab itu, menurut dia, para perajin perlu digandeng oleh instansi pemerintah maupun lembaga terkait di antaranya dengan memfasilitasi pemasaran penjualan tas belanja yang mereka buat di toko-toko modern. "Di beberapa toko di Yogyakarta saya lihat sudah ada yang menjual tas belanja nonplastik dengan harga murah," kata dia.
Saktyarini menilai kesadaran konsumen mengurangi penggunaan plastik memang perlu terus ditingkatkan baik melalui kebijakan plastik berbayar atau cara lainnya karena yang terpenting ialah perubahan perilaku pada konsumen.
"Minimal mengurangi penggunaan plastik, meski bisa jadi tidak signifikan apalagi harga (palstik) yang ditentukan hanya Rp 200," kata dia.
Namun demikian, paling tidak, menurut dia, langkah awal pengurangan penggunaan plastik itu dapat disosialisasikan mulai dari konsumen di perkotaan hingga di perdesaan. "Bisa saja menggunakan kader-kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) atau Posyandu yang keberadaannya ada hingga pelosok perdesaan," kata dia.