REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pasangan suami-isteri Agus dan Irma asal Kampung Jatijajar RT 09/03, Desa/Kecamatan Sukatani, Purwakarta, Jabar, menolak bantuan pemerintah. Di antaranya seperti, bantuan rutilahu, lisdes, serta pendampingan makanan untuk peningkatan gizi.
Pasangan ini menolak. Sebab, syaratnya mereka harus mengikuti program keluarga berencana (KB). Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, kenapa pihaknya menginstruksikan untuk ikut KB. Sebab, pasangan ini sudah memiliki tujuh anak. Dua di antaranya meninggal dunia. Bahkan, salah satu anak mereka meninggal saat usia empat bulan akibat kekurangan asupan gizi.
"Hari ini, pasangan tersebut kami datangkan ke rumah dinas, untuk diberi bantuan. Dengan catatan ikut KB. Ternyata mereka menolak," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Selasa (1/3).
Menurut Dedi, pihaknya gagal membujuk pasutri yang profesinya sebagai pemulung ini. Terutama, gagal untuk membujuk ikut KB. Apalagi, saat ini Irma yang usianya 39 tahun itu, telah hamil lagi anak ke depalan.
Padahal, lanjut Dedi, ikut program KB bukan untuk menolak pemberian anak dari Allah SWT. Melainkan, memiliki anak itu perlu perencanaan yang matang. Sebab, bila anaknya diterlantarkan, maka orang tuanya salah juga. "Jadi saya harus bagaimana, membantu warga yang seperti ini," ujar Dedi.
Kades Sukatani Asep Sumpena, mengatakan, warganya itu memang sangat miskin. Pihaknya sering meminta izin supaya rumah mereka diperbaiki. Tetapi, mereka menolaknya. Termasuk juga, bantuan makanan tambahan untuk anak-anak mereka, bantuan itu juga sama ditolaknya.
"Bahkan, yang anaknya kurang gizi itu, bidan desa sudah nangis-nangis meminta supaya anaknya di rawat atau diobati, ternyata ibunya menolak bantuan itu," ujar Asep.
Irma (39 tahun), mengaku ia tidak akan ikut KB. Sebab, ia memiliki hak untuk menolak program pemerintah ini. Persoalan punya anak, kata dia, itu sudah karunia dari Allah SWT.
"Saya ataupun suami tak akan ikut KB. Pemerintah harus menghargai itu," ujarnya tegas.