Senin 29 Feb 2016 13:19 WIB

Ribuan Dokumen dari Museum Tropen Kebanyakan Jadi 'Sampah'

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Andi Nur Aminah
Ilustrasi Naskah Kuno
Ilustrasi Naskah Kuno

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- sekitar 13 ribu buku koleksi dari Museum Tropen di Amsterdam Belanda yang dikembalikan ke Indonesia hanya berupa buku-buku lama. Tak ada manuskrip maupun naskah kuno. Di antar 13 ribu buku lama itu, sebanyak enam ribu di antaranya diberikan ke Universitas Sebelas Maret dan sisanya di simpan di  Perpustakaan Nasional.

"Kami sudah melihat semua koleksi tersebut. Bahkan dari enam ribu  dokumen yang diserahkan ke UNS sekitar 50 persennya dalam kondisi rusak. Yang masih bisa dilihat di rak buku hanya sekitar 2.500 buku saja, kata Kepala Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY Budi Wibowo pada Republika.co.id, Selasa (29/2).

Dia mengatakan, pengembalian buku-buku tersebut seolah-olah menjadikan Indonesia hanya sebagai tempat 'sampah' dokumen lama yang sudah rusak dan tidak penting bagi mereka. "Beberapa dokumen sebetulnya juga sudah kita miliki seperti misalnya buku membatik, historis of Java, juga buku penelitian," kata Budi.

Menurut dia, koleksi manuskrip dan naskah kuno yang terkait dengan budaya Jawa dan masyarakat Indonesia lainnya kemungkinan besar masih disimpan di Museum Tropen. Sedangkan dokumen yang diserahkan ke Indonesia hanyalah dokumen yang sudah lama dan sudah rusak.

"Karena itu kami harus berjuang untuk mendapatkan naskah dan manuskrip kuno yang masih tersimpan di Museum Propen. Kalau bisa kami akan melakukan MoU dengan mereka dan meminta agar naskah dan manuskrip kuno tentang Indonesia. Kalau tidak boleh keluar dari museum Tropen karena ada aturannya seperti halnya yang di British Library, ya kita minta copynya yang sudah digitalisasi," jelas dia.

Budi mengatakan, jika British Library memberitahu semua apa koleksi dari Indonesia yang ada di perpustakaan mereka. Sehingga pihak Indonesia bisa meminta copy koleksi mereka dalam bentuk  digital. "Seperti halnya baru-baru ini BPAD DIY mendapat kiriman kumpulan surat Herman Willem Deandels dengan Sri Sultan Hamengku Buwono II," ujar Budi.

Menurut dia, semua koleksi naskah maupun manuskrip tentang Indonesia yang ada di British Library sudah digitalisasi semua. Anggaran untuk digitalisasi di British Library cukup besar yakni sekitar  empat juta lembar per tahun, sedangkan di BPAD DIY setahun hanya 15 ribu lembar. Kalau dinominalkan anggaran BPAD DIY untuk digialisasi dan lain-lain sekitar Rp 150 juta per tahun.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement