REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi menilai persaingan industri pariwisata ke depan berjalan tidak akan mudah dan penuh tantangan termasuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Namun, dirinya menganggap MEA harus dimaknai sebagai peluang bagi pariwisata NTB.
"Ke depan persaingan pariwisata akan menghadapi banyak tantangan. Mari kita ubah maindset, jadikan MEA sebagai peluang," ujarnya saat memberikan sambutan di acara diskusi Menakar Potensi Pariwisata Dalam Rangka MEA Kamis (25/2).
Menurutnya, dengan memahami MEA sebagai peluang maka pelaku industri pariwisata akan terdorong untuk melakukan inovasi. Sebab, pariwisata merupakan bagian dari industri kreatif. Oleh karena itu, kata kunci dalam menumbukan pariwisata adalah kreativitas.
Ia menuturkan, membangun pariwisata tidak bisa berdiri sendiri. Sebab, semua pelaku usaha harus saling bekerjasama. Sebab, membangun pariwisata yang utuh dan sukses tidak bisa terlaksana jika semua pihak hanya menginginkan untung. Termasuk harus merelaksasi regulasi di sektor pariwisata.
"Semua pihak harus duduk bersama dan memahami sektor pariwisata merupakan sektor yang integratif dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Pariwisata itu adalah satu sektor yang membuthhkan sinergi keterpaduan dan nyata, kalau tidak tentu sulit pariwisata kita tetap maju ke depan," katanya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, I Gusti Lanang mengatakan harus dilakukan evaluasi sejauh mana kesiapan NTB dalam menghadapi MEA. Selain itu, masalah yang dihadapi pengusaha adalah bunga bank. Serta kondisi hotel melati yang rata-rata tidak memiliki manajemen.
Kepala OJK NTB, Yusri menambahkan dinas-dinas terkait harus melakukan pendampingan terhadap pelaku pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Sehingga, keberadaan mereka bisa terus berkembang dan semakin maju.