REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Penetapan status KLB (Kejadian Luar Biasa) Deman Berdarah Dengue (DBD), sudah ditetapkan 15 Februari 2016. Namun anggaran untuk penanganan KLB, hingga kini ternyata belum bisa dicairkan.
''Dinas Kesehatan selaku penanggungjawab kegiatan, sebenarnya sudah mengajukan ke bendahara umum daerah (BUD) beberapa waktu lalu. Namun sampai sekarang masih belum turun. Khususnya dana yang bersumber dari lokasi anggaran Biaya tak Terduga,'' kata YMT Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Sadiyanto, saat dimintai keterangan Komisi D DPRD Banyumas, Rabu (24/2).
Sadiyanto menjelaskan, untuk pembiayaan perawatan pasien DBD selama status KLB, Pemkab mengalokasikan anggaran dari beberapa sumber. Antara lain dari alokasi anggaran Biaya tak Terduga (BTT) APBD 2016, dana CSR RSUD Banyumas dan RSUD Ajibarang bagi pasien yang dirawat di dua rumah sakit milik pemkab tersebut, dan bantuan dari provinsi bagi pasien yang dirawat di RS Margono Soekarjo.
Menurutnya, biaya yang bersumber dari BTT, digunakan untuk membiayai pasien yang dirawat di luar RSUD dan RSU Margono Soekarjo yang merupakan RS milik provinsi. ''Untuk itu kami mengusulkan anggaran perawatan bagi sekitar 200 pasien dengan rata-rata satu pasien mendapat alokasi dana Rp 4 juta. Jadi yang kita usulkan seluruhnya sekitar Rp 800 juta. Tapi sampai sekarang dana tersebut belum cair,'' katanya.
Kasi Pengendalian Penyakit Menuluar Dinas Kesehatan Banyumas, Dian Andiyono, menyatakan belum cairnya anggaran juga menyebabkan dana untuk kebutuhan fogging sudah semakin menipis. ''Saat ini anggaran untuk fogging hanya tinggal untuk enam lokasi,'' jelasnya.
Menurutnya, meski ditetapkan KLB DBD, namun anggaran fogging belum mengalami perubahan. Anggaran fogging masih mengacu pada anggaran APBD 2016 yang hanya untuk 30 lokasi. ''Padahal idealnya sampai 150 lokasi. Terlebih dalam status KLB,'' katanya.
Mengenai jumlah penderita, Sadiyanto mengatakan, berdasarkan data terakhir yang dia terima, jumlah penderita DBD di Kabupaten Banyumas sudah mencapai 153 orang. Dari jumlah pasien sebanyak itu, ada sembilan orang yang meninggal dunia. Rinciannya, pada bulan Januari ada dua orang yang meninggal, dan Februari sebanyak tujuh orang yang meninggal,'' katanya.
Sadiyanto mengakui, dilihat dari kurva warga yang terkena DBD, sejak Desember lalu sampai sekarang memang terus mengalami peningkatan. Dia memprediksi, jumlah warga yang terjangkit DBD ini akan terus berlangsung hingga Juni 2016 mendatang.
''Meski ada peningkatan, namun kondisi tersebut belum sampai pada tahap terjadi wabah. Untuk menentukan suatu daerah terjadi wabah, ada prosentase tertentu jumlah warga yang terjangkit,'' jelasnya.