REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan Indonesia diakui sebagai negara yang memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih baik terkait penanganan bencana alam dibanding 10 negara di kawasan Asia Tenggara.
"Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah AHA Center dan itu merupakan kehormatan bagi kita karena memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup banyak tentang segala jenis becana alam yang ada di sini dan ancaman bencana yang nyata di Indonesia," kata Kepala BNPB Willem Rampangilei pada penandatanganan kerja sama BNPB dan AHA Center di Jakarta, Selasa (23/2) malam.
Willem mengatakan dengan adanya pengalaman dan pengetahuan yang lebih banyak, Indonesia dapat membagi mitigasi dan cara penanggulangan bencana alam kepada negara lain di kawasan ASEAN.
Sejak didirikan pada 2011, ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance (AHA Centre) sebagai organisasi interpemerintah bertujuan memfasilitasi kerja sama dan koordinasi antarnegara anggota ASEAN dengan organisasi internasional lainnya terkait penanggulangan bencana di negara-negara Asia Tenggara.
AHA Centre berkoordinasi dengan badan penanggulangan bencana di tiap negara ASEAN dan membangun solidaritas dalam merespons bencana, baik terhadap negara yang terkena bencana maupun negara pemberi bantuan.
"Terbukti sudah ada 13 respons yang kami laksanakan dan bermanfaat di kawasan ASEAN. Sepuluh negara ASEAN koordinasi bersama di bawah AHA Centre," kata Direktur Eksekutif Said Faisal.
Said mengatakan untuk bencana skala besar, AHA Centre juga bekerja sama dengan lembaga internasional, seperti Badan PBB Urusan Kemanusiaan UN OCHA dan Palang Merah.
Adapun prinsip tindakan respons yang direalisasikan memiliki tiga elemen penting 3S, yakni "speed" atau kecepatan, "skill" atau kemampuan dan "solidarity" atau kebersamaan.
Sementara itu, dua komponen fokus AHA Centre adalah "disaster monitoring" atau memantau titik bencana alam yang ada di kawasan ASEAN dan menginformasikannya ke sepuluh badan penanggulangan bencana negara masing-masing.
Namun, AHA Centre hanya fokus pada bencana alam murni, seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan badai taifun dan tidak termasuk masalah alam lainnya seperti kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan.