REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sekitar seratus rumah lebih rusak akibat pergerakan tanah yang terjadi di Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut pada Jumat (19/2). Akibat peristiwa tersebut, ratusan orang yang rumahnya rusak terpaksa mengungsi. Mereka takut rumahnya roboh atau terjadi bencana susulan.
Ketua RW 04 Desa Sindangsari, Pendi mengatakan, pergerakan tanah yang mengakibatkan tanah retak-retak sebenarnya terjadi sejak Jumat (19/2) tengah hari. Kemudian terjadi beberapa pergerakan tanah susulan sampai malam. Menurutnya, lebih dari seratus rumah yang rusak karena ada enam RT dari dua RW yang ada di area terjadinya retakan.
"Banyak tanah yang retak-retak jadi banyak rumah yang rusak dan warga yang kondisi rumahnya rusak-rusak ditinggalkan karena takut roboh," kata Pendi kepada Republika, Ahad (21/2).
Pendi kembali menjelaskan, warga yang tadinya tinggal di lokasi terjadinya peristiwa pergerakan tanah sudah dua malam mengungsi. Sebagai ketua RW sekaligus warga Desa Sindangsari, ia berharap warga yang terkena dampak bencana pergerakan tanah segera mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Harapannya ingin mendapat tempat tinggal yang baru yang tidak jauh dari lokasi sekarang tapi tempat yang lebih aman," ujar Pendi.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, ada dua dusun yang berada di area terjadinya pergerakan tanah dan terancam pergerakantanah. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut, Dadi Dzakaria mengatakan, Dusun Ciawi dan Lengkong, di dua dusun tersebut ada tiga RW dan sembilan RT.
Sementara, Komandan Koramil Kecamatan Cisompet, Kapten Inf Samud menjelaskan, setidaknya ada sekitar 128 rumah warga yang rusak berat dan sedang karena pergerakan tanah. Akibat peristiwa tersebut, terjadi rekahan tanah pada sawah dan jalan. Dinding rumah warga pun banyak yang retak dan rusak.
Menurut Kapten Inf Samud, peristiwa pergerakan tanah di kawasan perbukitan terjadi akibat hujan deras yang intensitasnya cukup tinggi beberapa hari yang lalu. Sementara, karakter tanah di sana cukup lumayan labil. Sehingga pergerakan tanah mudah meluas.
"Hasil peninjauan di lokasi rekahan tanah sekitar 10 centimeter bahkan ada tanah yang amblas dan membuat rumah bergeser," kata Kapten Inf Samud.
Saat ini warga yang rumahnya rusak berat diungsikan ke rumah tetangga dan sudaranya. Rumah yang rusak berat dikhawatirkan akan membahayakan keselamatan. Sedangkan, warga yang rumahnya tidak rusak, meski berada di dekat area tempat terjadinya pergerakan tanah masih tetap bertahan. Meski mereka memilih untuk bertahan dan tetap tinggal di rumahnya, mereka tetap diimbau untuk sangat hati-hati.