Sabtu 20 Feb 2016 20:05 WIB

Sigmund Freud Sudah Jelaskan Soal Penyebab Homoseksual

Rep: Aprilia Safitri Ramdhani / Red: Achmad Syalaby
Ilustrasi penderita homoseksual.
Ilustrasi penderita homoseksual.

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Masyarakat Indonesia masih bertanya-tanya apakah disorientasi seksual ini berhubungan dengan faktor genetik.

Menjawab rasa penasaran tersebut, Dr. Taruna Ikrar, M.D. M. Pharm.,PhD selaku Senior Specialist and Neuroscientist, Division Neurobiology dari University of California, Irvine, Amerika Serikat, mencoba memberikan penjelasannya.

Dia menjelaskan bahwa dalam ilmu kedokteran, khususnya ilmu kedokteran jiwa, dijelaskan bahwa perubahan perilaku seksual dapat terjadi akibat faktor lingkungan dan perkembangan anak. Khususnya yang berhubungan dengan psikoseksual. 

Sigmund Freud, yang merupakan seorang dokter ahli jiwa terkenal, juga sudah menjelaskan teori psikoanalisanya tentang perkembangan psikoseksual. Menurut Freud, kata Taruna, kepribadian sebagian besar dibentuk pada usia lima tahun.

Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.

“Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi,'' jelas dia lewat surat elektronik kepada Republika.co.id, Kamis (18/2).

''Fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual,'' katanya. ''Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap ‘terjebak’ dalam tahap ini sehingga memungkinan terjadinya penyimpangan.''

Dia menjelaskan, disorientasi seksual terjadi jika seorang anak mengalami kegagalan dalam perkembangan khususnya pada fase laten. Anak pun mengalami kelainan atau disorientasi seksual seperti yang saat ini disebut sebagai lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Namun, ternyata kelainan disorientasi seksual ini dapat disembuhkan berdasarkan etiologi atau faktor pencetusnya. Tak hanya itu, Taruna menambahkan, faktor ini harus didukung dengan upaya yang keras dan kemauan berubah dari seseorang yang mengalami disorentasi seksual.

Proses penyembuhannya tentu harus didukung atas bantuan banyak pihak, mulai dari keluarga, hingga masyarakat. Demikian pula boleh dilakukan dengan terapi hormonal. (Baca: Ahli Saraf RI di Universitas California Jelaskan Soal Penyebab Homoseks).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement